Kegeraman Jokowi dan Polemik Dana Kelurahan

Dimas Jarot Bayu
25 Oktober 2018, 11:38
Jokowi dan Si Pemanjat Tiang Bendera Asal Belu (NTT)
www.setkab.go.id
Presiden mengundang Joni, siswa kelas 1 SMP Negeri Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), ke Istana Negara, Senin (20/8)

Presiden Joko Widodo sempat meluapkan kekesalannya tatkala wacana penggelontoran dana kelurahan kian menjadi polemik. Saat menghadiri pembagian sertifikat tanah di Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (23/10), Jokowi menyebutkan ada politikus sontoloyo karena gemar menggoreng isu tersebut.

Dia mengingatkan masyarakat untuk bijak menyikapi mereka. Dana kelurahan yang direncanakan hingga Rp 3 triliun tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendanaan di pemerintahan bawah, layaknya dana desa. Namun beberapa politisi, terutama dari oposisi, mensinyalir ada bau tak enak di dalamnya.

(Baca juga: Arti Politikus Sontoloyo di Mata Presiden Jokowi).

Mereka yang mengkritik seperti Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid dan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Keduanya mempersoalkan wacana dana kelurahan yang akan digelontorkan ketika Pemilu 2019 berlangsung. Hal tersebut juga ditanyakan oleh calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno. 

Menurut Sandiaga, wacana kebijakan itu patut diapresiasi jika memiliki niatan membantu masyarakat. Hanya saja, dia mempertanyakan mengapa hal itu baru dilakukan pada tahun depan. “Masyarakat bisa menilai sendiri, apakah ini ada udang di balik batu, atau apakah ini sebuah program yang memang dicanangkan sebelumnya,” kata Sandiaga di Jakarta, Minggu (21/10).

Sementara itu, anggota Badan Anggaran DPR dari Fraksi Gerindra Nizar Zahro mempertanyakan payung hukum dana kelurahan yang diusulkan masuk postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Rencananya, dana ini diambil dari pos dana desa yang mencapai Rp 73 triliun.

Menurut Nizar, payung hukum untuk dana kelurahan belum jelas. Sebab, hal tersebut tak bisa disamakan dengan payung hukum untuk dana desa sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. (Baca: Ada Kecemburuan, Alasan Sri Mulyani Ajukan Dana Kelurahan Rp 3 Triliun)

Asal Polemik Dana Kelurahan

Dana kelurahan awalnya merupakan aspirasi dari para wali kota yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) pada pertemuan di Istana Bogor, Jawa Barat, Juli 2018 lalu. Wakil Ketua Apeksi, Bima Arya Sugiarto mengatakan usulan tersebut disampaikan lantaran mayoritas penduduk tinggal di perkotaan.

Dana kelurahan, lanjut Bima, dibutuhkan untuk mengelola tren urbanisasi dengan baik. “Jangan sampai problem perkotaan seperti kemiskinan, pengangguran, kesenjangan ekonomi kemudian meledak mengancam kebersamaan dan stabilitas nasional,” kata Aria seperti dikutip Antara, Senin (22/10).

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah pun menilai dana kelurahan memang dibutuhkan. Sebab, persoalan di kelurahan jauh lebih kompleks dibandingkan di desa. (Baca: Jokowi Sebut Dana Kelurahan Akan Diberikan Apabila APBN Mampu). 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...