Kepada Katadata, Bu Rudy menyatakan awal membangun usahanya dari iseng terkait hobi memancingnya. “Kalau dapat ikan akan dibakar, digoreng, atau dimasak sayur lodeh. Sehabis itu mengundang teman-teman untuk manyantap masakannya, ternyata cocok dengan selera mereka, apalagi sambalnya,” katanya di Depot Bu Rudy di Jalan Dahrmahusada, Nomor 104, Surabaya.
Setelah mencicipi sambal tersebut, teman-temannya menyarankan dia untuk menjual sambal. Padahal Bu Rudy mengaku tidak suka memasak. “Jadi cuma pakai feeling saja,” ujarnya. Namun akhirnya dia menanggapi saran para koleganya. Lalu usahanya pun dimulai dari dapur rumahnya.
Hingga kini ada tiga varian sambal Bu Rudy, yakni sambal udang, sambal bajak, dan sambal ijo. Dari ketiga varian, sambal udang atau sambal kuning menjadi favorit banyak orang. “Misalnya, orang beli sambal udang lima, sambal bajak satu, sambal ijo satu,” kata Bu Rudy seraya menambahkan sambal kuning cocok untuk dicampur dengan masakan apa pun.
Harga makanan yang ditawrakan di gerai dengan cat berwarna merah itu terbilang cukup terjangkau, mulai dari Rp 4.000 untuk camilan seperti pisang goreng madu dan Rp 25.000 untuk harga sambal kesmasan yang menjadi produk andalan depotnya.
Selama masa pandemi Covid-19, rupanya Depot Bu Rudy tetap buka seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Jumlah pengunjung dibatasi, ada pula sekat plastik di kasir untuk menghindari kemungkinan terpapar saat berbelanja.