Apa Kata Menlu Dunia Soal Krisis Pangan hingga Perang Menjelang G20?

Muchamad Nafi
6 Juli 2022, 20:07
Apa Kata Menlu Dunia Soal Krisis Pangan hingga Perang Menjelang G20?
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberikan pidato umum di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (14/12/2021)

Pertemuan tingkat kepala negara atau pemerintahan anggota G20 akan digelar pada November nanti di Bali. Sebelum KTT tersebut, berragam kegiatan pendamping diselenggarakan, seperti temu sapa tingkat menteri. Misalnya, pada tiga hari ini akan digelar G20 Foreign Ministers’ Meeting (FMM). 

Isu-isu global akan menjadi perhatian utama para menlu dunia. Sebagai contoh, perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung lebih dari lima bulan telah mambawa dampak buruk secara global.

Advertisement

Embargo ekonomi negara-negar maju ke Rusia memicu krisis energi. Krisis tersebut juga mengancam ketahan pangan banyak negara, membuat lonjakan harga komoditas dunia. Inflasi tinggi memukul banyak negara. Dampaknya, beberapa lembaga keuangan global memprediksi tak lama lagi resesi melibas sejumlah negara maju.

Lalu apa saja pandangan kementerian luar negeri dunia melihat kondisi tersebut dan kaitannya dengan G20 Foreign Ministers’ Meeting besok? Berikut ini di antara pernyataan mereka:

PERTEMUAN BILATERAL INDONESIA-AUSTRALIA
PERTEMUAN BILATERAL INDONESIA-AUSTRALIA (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong

“Pada saat kritis keamanan internasional ini, Australia bekerja sama dengan Indonesia dan mitra lainnya menuju pertemuan G20 yang sukses.”

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan negara-negara yang tergabung dalam G20 berperan penting dalam memastikan ketahanan pangan dan energi. Kedua komoditas ini sekarang terancam oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Pernyataan itu disampaikan dalam keterangan tertulis di situs resmi Kementerian Luar Negeri Australia, Rabu (6/7) tentang kunjungan Wong ke Indonesia untuk menghadiri G20 Foreign Ministers’ Meeting.

“Pada saat kritis untuk keamanan internasional ini, Australia bekerja sama dengan Indonesia dan mitra lainnya menuju pertemuan G20 yang sukses,” kata Wong. “Juga mengirimkan pesan yang jelas ke Rusia.”

Wong memuji Indonesia yang mengundang Ukraina untuk berpartisipasi dalam Foreign Ministers’ Meeting di Bali pada 7-8 Juli 2022. Ukraina memang bukan anggota G20. Tetapi Indonesia yang memegang Presidensi G20 tahun ini dapat mengundang negara non-anggota untuk menghadiri pertemuan dunia tersebut.

G20 terdiri dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, di antaranya Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, dan Australia. Lalu ada Brazil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Prancis, China, Turki, dan Uni Eropa.

Dalam pertemuan di Bali besok, para menlu G20 akan membahas berbagai isu yang menjadi tantangan global, antara lain multilateralisme, energi, dan pangan. Meskipun FMM G20 tidak akan menghasilkan dokumen resmi atau komunike, pembahasan isu global oleh para menlu diharapkan dapat mendorong kerja sama yang lebih konkrit di masa depan.

Presiden Joko Widodo menerima Menlu Kanada Melanie Joly. Foto: Antara
Presiden Joko Widodo menerima Menlu Kanada Melanie Joly. Foto: Antara (Antara)

Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly

“Dengan invasi ilegal Rusia ke Ukraina, Kanada harus muncul untuk membongkar kebohongan Rusia”

Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly akan menghadiri secara langsung FMM di Bali. Kedutaan Besar Kanada di Jakarta menyatakan, Menlu Joly menekankan kembali dukungan penuh negaranya terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina. 

Joly akan melibatkan rekan-rekannya untuk menegaskan kembali prinsip kesetaraan berdaulat untuk semua negara dan pentingnya menegakkan aturan dan lembaga internasional. “Pertemuan G20 ini terjadi pada titik kritis dalam sejarah dan tidak akan berjalan seperti biasa. Dengan invasi ilegal Rusia ke Ukraina, Kanada harus muncul untuk membongkar kebohongan Rusia,” katanya.

Kanada, dia melanjutkan, bersama dengan mitra yang berpikiran sama akan memberikan solusi untuk langkah Rusia yang menjadikan pangan sebagai senjata. “Serta mengatasi tantangan lain seperti perubahan iklim dan pandemi Covid-19,” ujar Joly.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement