Saat Warga Jentu Tak Lagi MCK di Sungai Kapuas Kalimantan

Amelia Yesidora
18 Agustus 2022, 07:30
Saat Warga Jentu Tak Lagi MCK di Sungai Kapuas Kalimantan
Katadata | Amelia Yesidora
Instalasi Safe Waters Garden, bagian dari program Sanitasi, Air Bersih, Aman dan Sehat (SAHABAT)

Cugut tak perlu lagi berjalan 200 meter ke belakang rumahnya untuk mandi, mencuci, hingga buang air. Selama 33 tahun tinggal di Dusun Jentu, Desa Sentabai, Kapuas Hulu, Kalimantan, dia dan seluruh tetangganya sudah terbiasa mengandalkan Sungai Kapuas sebagai sumber air saban hari.

Padahal, air sungai terpanjang di Indonesia ini tidak cukup bersih untuk keperluan sehari-hari, terlebih untuk memasak makanan bagi keluarganya. Belum lagi risiko sulit air ketika musim kemarau dan terjadi kekeringan.

Advertisement

Kini, perempuan Dayak itu cukup mendatangi tetangga depan rumahnya untuk menggunakan fasilitas mandi, cuci, kakus yang biasa dikenal dengan MCK komunal. Fasilitas ini selesai dibangun pada Juli lalu oleh Sinar Mas Agribusiness and Food.

Tak hanya menyediakan MCK, perusahaan kelapa sawit yang membuka lahan di sekitar Desa Sentabai ini membangun instalasi air mengalir, hingga penyaringan air minum di Dusun Jentu.

Sinar Mas Agribusiness menggandeng perusahaan asal Singapura, Safe Water Gardens, yang fokus memberi layanan sanitasi dan pengolahan limbah. Sebanyak 30 unit sistem sanitasi, 20 unit instalasi air bersih, dan 49 unit penyaringan air minum sudah diberikan ke warga Dusun Sentabai, Dusun Putat, Dusun Tekalong, dan Dusun Jentu di Desa Sentabai, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Deputy CEO Perkebunan Sinar Mas Kalimantan Barat Benny Yusuf Setiawan mengatakan penyediaan fasilitas ini masuk ke dalam program sanitasi, air bersih, aman, dan sehat (SAHABAT). Program ini bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada daerah di sekitar pabrik dan perkebunan kelapa sawit.

“Desa Sentabai kami jadikan desa percontohan di Kalimantan Barat. Kalau berhasil, kami akan evaluasi dan perluas lagi,” kata Benny. 

Safe Water Garden alias SWG bekerja dengan empat komponen utama, yakni tangki tertutup berkapasitas 500 liter yang berfungsi sebagai pencair. Tangki ini terhubung ke toilet melalui sambungan pipa dan diisi air hingga titik luapan tertentu. 

Air dan kotoran yang sudah dicairkan dalam tangki ini kemudian dilepaskan melalui pipa berpori ke bawah tanah, tepat di bawah lahan resapan berukuran dua kali tiga meter dan kedalaman 0,5 meter.

Lahan respan inilah yang kemudian ditanami dengan sayur-sayuran pilihan penduduk di sana. Dalam pemaparan warga, mereka memilih untuk menanam cabai sebab harganya yang semakin mahal dan sering dibutuhkan untuk olahan makanan. 

Senior Consultant Safe Water Gardens, Jaya Putra, menjelaskan awalnya SWG mengikuti konsep Waste Water Garden (WWG) yang dikenalkan oleh lembagaa Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF). Perbedaannya terletak pada ketinggian resapan. WWG menetapkan tinggi tanah resapan satu meter, sementara SWG hanya 0,5 meter. 

“Perawatannya sulit. Kalau ada plastik atau batu yang tersangkut di pipa berpori, warga harus membongkar tanah sedalam satu meter untuk mengeluarkan sumbatannya. Kan susah,” kata Jaya ketika ditemui di Dusun Jentu, Sabtu (13/8).

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement