Pedasnya Harga Cabai yang Kerap Membuat Gejolak Inflasi

Muchamad Nafi
2 Desember 2019, 09:52
Pedasnya Harga Cabai yang Kerap Membuat Gejolak Inflasi
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Pekerja memetik cabai merah saat panen di kawasan perkebunan cabai Desa Suak Timah, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (2/11/2019). Pedasnya Harga Cabai Kerap Membuat Gejolak Inflasi

Harga cabai kerap menjadi faktor laju inflasi berfluktuatif cukup tinggi di Indonesia, satu di antara sedikit negara yang mengalami hal tersebut. Seperti bawang merah, harga variasi bahan makanan ini -terutama cabai merah dan rawit- kadang melonjakan begitu tinggi hingga puluhan ribu rupiah per kilogram sehingga inflasi membengkak, atau turun dan memicu deflasi.

Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Indeks Harga Konsumen November. Sejumlah ekonom meramal ada kenaikan inflasi tipis dari posisi Oktober. Ekonom Bank Permata Josua Pardede, misalnya, memprediksi inflasi November di kisaran 0,2 % secara bulanan (month-to-month) dibandingkan bulan sebelumnya di 0,02 %.

Kemungkinan inflasi November lebih didominasi oleh peningkatan inflasi inti dan harga pangan, terutama bawang. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah menyebutkan kenaikan harga disebabkan oleh kurangnya pasokan. Luas areal panen di sentra bawang berkurang yang diperparah dengan kemarau panjang sehingga petani gagal panen.

Memang cabai diprediksi tidak berpengaruh banyak. Namun “pedasnya” harga cabai dalam beberapa bulan sepanjang tahun ini sempat membuat inflasi melejit. Juli lalu, misalnya, BPS merilis inflasi sebesar 0,31 %. Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, komoditas yang memiliki andil tertinggi adalah cabai rawit dan cabai merah.

(Baca: Harga Cenderung Terkendali, Analis Prediksi Inflasi November di 3,05%)

Sepanjang Juli, pergerakan rata-rata harga cabai rawit terus naik, hanya pada akhir Juli turun tipis. Pada 26 Juli 2019, untuk pertama kalinya harga rata-rata cabai rawit turun, dari Rp 64.900 menjadi 64.800 per kilogram. Perhatikan grafik Databoks berikut ini:

Namun penurunan tersebut tidak bertahan lama dan kembali naik menjadi Rp 68.900 per kilogram pada akhir Juli. Harga rata-rata cabai merah berfluktuatif di level Rp 55 hingga 60 ribu per kilogram. Total, untuk kenaikan rata-rata harga cabai rawit selama bulan itu 49,61 %.

Was-was lonjakan harga cabai kembali terjadi pada bulan berikutnya. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bumbu dapur ini menyumbang inflasi pada minggu kedua Agustus 2019. Survei pemantauan harga BI memperlihatkan inflasi secara bulanan pada periode ini 0,12 %. Cabai merah menyumbang 0,09 % dan cabai rawit 0,05 %. “Inflasi 0,12 % ini terutama disumbang oleh penikmat cabai,” kata Perry ketika itu.

Cabai mencapai puncak harga tertinggi pada pertengahan Agustus 2019. Rata-rata cabai rawit dijual Rp 73,2 ribu per kilogram pada 14 Agustus 2019. Di bebrapa daerah, harganya bahkan menyentuh Rp 100 ribu. Perhatikan grafik Databoks berikut ini:

Lalu, kenaikan tersebut berangsur turun. Yang paling signifikan terjadi pada 19 Agustus 2019 menjadi sekitar Rp 66 ribu per kilogram. Berdasarkan data hargapangan.id, hingga 29 Agustus 2019, harga cabai rawit menurun 15,7 % dari awal bulan menjadi Rp 58,1 ribu per kilogram.

Dengan pergerakan tersebut, Menteri Pertanian ketika itu, Andi Amran, pun memproyeksikan harga cabai makin menurun seiring musim panen yang bakal berlangsung dalam tiga bulan berikutnya. Rupanya tak perlu menunggu selama itu. Baru satu bulan harga cabai berangsur menyusut.

(Baca: Pengertian Inflasi dan Indikator Pembentuknya)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...