Ekonomi Dunia Rentan, Pemerintah Diminta Jaga Iklim Investasi

Muchamad Nafi
7 Maret 2016, 14:13
Investasi.jpg
KATADATA/

KATADATA - Situasi ekonomi dunia belum pulih dari kelesuan sepanjang tahun lalu. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan global 2016 masih lemah. Sejumlah faktor membuat kondisi ekonomi tetap rentan.

Pertama, Amerika Serikat yang menjadi penggerak pertumbuhan global berada dalam posisi menjaga suku bunga rendah untuk menggairahkan ekonomi mereka. Sementara itu, ekonomi Eropa dalam tahap perbaikan menghadapi risiko karena Inggris berencana keluar dari Uni Eropa. Ada pula krisis pengungsi. Di belahan dunia lain, pertumbuhan ekonomi Jepang juga belum membaik. Hal ini terkait efek kebijakan penerapan suku bunga negatif. 

Negara-negara berkembang, yang satu dekade terakhir menjadi mesin pertumbuhan ekonomi global, mengalami keadaan serupa. Brazil dan Rusia mengalami resesi karena begitu tergantung terhadap komoditas. Ekonomi Cina malah diproyeksikan melambat tahun ini dibandingkan 2015. Semua hal tersebut menyebabkan perdagangan global tidak meningkat dan pertumbuhan produktivitas tetap lemah. (Baca: Ada 4 Stimulus, Ekonomi 2016 Diperkirakan Bisa Tumbuh 5,2 Persen).

Faktor kedua, harga komoditas tetap rendah seiring pasokan minyak yang masih tinggi dan permintaan tidak meningkat secara cepat. Ketiga, perubahan iklim berpotensi menciptakan 100 juta orang miskin baru. El Nino atau kekeringan tahun ini, yang terparah sejak akhir 1990-an, melanda banyak kawasan, seperti Afrika Timur dan Selatan, Amerika Tengah, dan Karibia.

Penyebab terakhir yakni konflik yang semakin tegang belum menciptakan ketidakstabilan ekonomi terutama di Timur Tengah dan Eropa Timur. Untuk itu, Bank Dunia mengimbau setiap negara menciptakan fondasi yang lebih kuat untuk mengatasi risiko volatilitas perekonomian global. Kebijakan makroekonomi perlu dipadukan dengan peningkatan daya saing dan produktivitas serta membangun kelembagaan yang kuat dan efektif.

Di tengah situasi seperti itu, Bank Dunia memprediksi perlambatan ekonomi Indonesia telah mencapai titik nadir setelah menyentuh level 4,7 persen pada 2015. Kini memasuki fase bangkit menjadi 5,3 persen, dan tahun depan 5,5 persen. Proyeksi positif ini berkebalikan dengan prediksi perlambatan ekonomi di Thailand dari 2,5 persen pada 2015 menjadi 2,0 tahun ini. Begitu juga dengan Cina yang melemah dari 6,9 menjadi 6,7 persen dan Turki dari 4,2 menjadi 3,5 persen.

Halaman:
Reporter: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...