Jaga Stabilitas Makro, BI-Australia Sepakati SWAP Rp 100 Triliun

Muchamad Nafi
15 Desember 2015, 15:41
Gedung Bank Indonesia
Donang Wahyu|KATADATA
Gedung Bank Indonesia

KATADATA - Sejumlah lembaga, termasuk Bank Indonesia, memprediksi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Fed Rate masih menentukan arah kurs rupiah pada tahun depan. Hal ini tentu berpegaruh terhadap makroekonomi dalam negeri. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang Negara Paman Sam tersebut, Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan Reserve Bank of Australia.

Kedua bank sentral ini menyepakati kerjasama bilateral currency swap arrangement (BCSA). Perjanjian yang berlaku efektif mulai hari ini memungkinkan pertukaran atau swap mata uang kedua bank sentral senilai AU$ 10 miliar atau Rp 100 triliun. “Perjanjian ini menunjukkan komitmen kedua bank sentral untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan regional dalam menghadapi ketidakpastian global yang masih tinggi,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa, 15 Desember 2015.

Menurut Agus, perjanjian yang berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang ini untuk mendorong perdagangan bilateral yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi kedua negara. Secara khusus, perjanjian akan menjamin penyelesaian transaksi perdagangan dalam mata uang lokal kedua negara meski terdapat tekanan di pasar keuangan. (Baca: Cadangan Devisa Tergerus, Pemerintah Siapkan Dana dari Cina).

Kerja sama yang ditandatangani oleh Agus Martowardojo dan Gubernur Reserve Bank of Australia, Glen Stevens ini pun dapat digunakan untuk tujuan lain yang disepakati oleh kedua pihak. Dalam jangka panjang, kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat cadangan devisa Indonesia. 

Sementara itu, Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Aida Budiman menambahkan BCSA menjadi salah satu instrumen BI dalam kebijakan campuran untuk menjaga stabilitas. Misalnya, dalam jangka panjang berguna untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika serta meningkatkan pendalaman pasar keuangan. 

Menurut Aida, kerja sama ini pun memperkuat ketahanan eksternal. Pasalnya, fasilitasi mata uang tersebut bisa meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara dari sisi perdagangan atau investasi serta menguatkan cadangan devisa. (Baca juga: Rupiah Melemah, Cadangan Devisa Terancam Berkurang).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...