Pemerintah Kembali Meminta BI Turunkan Suku Bunga

Muchamad Nafi
7 Desember 2015, 16:34
Darmin Nasution
KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Namun, ia meminta BI juga mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate. Hal ini sebagai salah satu upaya mendukung ekonomi agar stabil.

Usai krisis 2008, kata Darmin, perekonomian global belum bisa dikatakan benar-benar membaik. Penyelesaian yang dilakukan oleh Amerika Serikat saat itu hanya menurunkan suku bunga bank sentral atawa Fed Rate dan mengurangi peran kebijakan moneternya. Ketika Fed Rate hendak dinaikan ke kisaran tiga persen, dampaknya terhadap negara berkembang (emerging market) meningkat. (Baca: Para Ekonom Meramal BI Belum Berani Turunkan Suku Bunga Acuan).

Advertisement

Karena itu, Darmin menyebutkan ada tiga kebijakan utama yang diperhatikan oleh pemerintah. Pertama, kebijakan makro yang hati-hati namun tetap mendukung daya ungkit ekonomi. Dari sisi fiskal, misalnya, ia mendukung upaya untuk mendorong pembangunan infrastruktur degan tetap memerhatikan pembiayaan dan defisit anggaran.

Dari sisi moneter, Darmin kembali mengingatkan BI mau menurunkan BI Rate. “Moneter juga begitu. Jangan mau aman saja kemudian kehilangan daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Darmin dalam acara Investor Gathering 2015 di Kementerian Keuangan, Jakarta, 7 Desember 2015. (Baca juga: Kritik Bunga Tinggi, Jusuf Kalla: Giliran BI Dengarkan Pemerintah).

Dia memahami bila ada yang bersuara bila suku bunga diturunkan akan berdampak pada pelarian dana keluar atau capital outflow secara besar. Karena itu, Darmin berupaya mecari titik optimumnya. “Kami cari jalannya pelan-pelan. Tidak baik juga gaduh-gaduh. Saya bicara dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI nanti,” ujarnya.

Kedua, mendorong pengeluaran produktif atau reformasi kebijakan. Salah satunya dengan merilis paket kebijakan untuk mendorong investasi dan ekspor. Juga, membangun infrastruktur industri seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau pun kawasan berikat. Langkah lainnya yakni menarik peran swasta untuk membangun infrastruktur. Upaya ini, kata Darmin, untuk mendorong produksi barang subsitusi di dalam negeri sehingga bisa mengurangi impor.

Langkah tersebut menimbang ekonomi Indonesia masih menghadapi berbagai masalah, misalnya pertumbuhan ekonomi tinggi sekitar enam persen tapi defisit transaksi berjalannya meningkat. Hal ini dipicu oleh industri yang lemah dalam menghasilkan bahan baku, apalagi barang modal seperti besi daan baja tidak terlalu banyak.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement