Penyebab Harga Emas Naik dan Turun

Redaksi
Oleh Redaksi
30 November 2021, 15:31
Penyebab Harga Emas Naik dan Turun
123rf.com/bee32
Ilustrasi harga emas

Berinvestasi dalam bentuk logam mulia atau emas kerap dilakukan oleh banyak orang. Sebagai salah satu instrumen investasi, emas memberikan beberapa keunggulan seperti imbal hasil yang cukup menjanjikan, mudah dalam mencairkan, dan harganya cenderung stabil bahkan dalam kondisi ekonomi yang kurang baik.

Emas si Aset Safe Haven

Bisa dibilang investasi emas bisa dilakukan dalam kondisi apapun. Bahkan di saat kondisi pasar sedang kurang baik, seperti gejolak konflik atau tensi geopolitik, aset safe haven seperti emas akan kembali dilirik oleh investor.

Istilah safe haven banyak digunakan untuk menggambarkan aset yang diharapkan nilainya tetap atau meningkat walapun dalam kondisi pasar yang sedang tidak stabil atau bergejolak.

Pada kondisi tersebut, tujuan dari para investor bukan lagi mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, melainkan menghindari kerugian yang semakin dalam terhadap aset mereka ketika terjadi penurunan pasar atau krisis keuangan.

Saat terjadi tekanan dalam pasar keuangan, ketidakjelasan politik, dan sentimen konsumen, investor cenderung memilih aset investasi yang lebih stabil, dibandingkan dengan saham dan obligasi. Sebagai akibatnya, pada kondisi pasar yang tidak stabil justru permintaan emas menjadi meningkat dan disertai dengan melonjaknya harga emas.

Mengutip situs logammulia.com milik PT Aneka Tambang, pada saat kondisi ekonomi di Indonesia sedang mengalami resesi karena pengaruh pandemi, tren harga emas justru cenderung naik.

Pada awal 2020, harga emas 1 gram masih Rp 771.000. Namun pada akhir tahun lalu, emas naik kembali sebesar 25,16 % hingga harganya mencapai Rp 965.000 per 1 gram. Bahkan pada bulan Agustus 2020, logam mulia Antam sempat mencapai nilai level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu seharga Rp 1.065.000 per 1 gram.

Padahal saat itu, kondisi ekonomi di dunia masih dalam situasi ketidakpastian dan banyak negara dalam kondisi resesi ekonomi.

Bisa dibilang, emas adalah asuransi bagi beberapa investor. Kenaikan nilai emas bukan dianggap sebagai keuntungan, melainkan sebagai “hedging” atau lindung nilai guna menjaga agar aset investasi yang dimiliki terjaga nilainya dari inflasi dalam jangka waktu yang lama.

Dalam kondisi ekonomi yang buruk, investor cenderung memindahkan aset investasinya dari pasar saham dan obligasi ke emas. Sebab, nilai emas tidak dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga dan kebijakan moneter dan fiskal lain dari bank sentral maupun pemerintah.

Pada masa lalu, emas banyak digunakan sebagai alat tukar dalam aktivitas ekonomi di dunia. Namun karena pertimbangan kepraktisan dan perdagangan global yang semakin kompleks, maka peran emas digantikan oleh uang kertas.

Masyarakat hingga saat ini masih menganggap emas sebagai suatu simbol kemakmuran karena bernilai tinggi serta dapat diakui di mana saja dan kondisi apa saja.

Meski nilainya cenderung lebih stabil, harga emas juga bisa mengalami naik dan turun. Mari kita bahas lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor Naik dan Turun Harga Emas

Meski merupakan aset investasi yang risk-free dan dianggap safe haven, harga emas juga bisa mengalami kenaikan dan penurunan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan harga emas tersbut.

Mengutip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat lima faktor yang mempengaruhi harga emas di pasar, yaitu:

1. Ketidakpastian Kondisi Global

Berbagai kondisi yang terjadi seperti gejolak geopolitik, krisis, resesi, perang dan pandemi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi naik dan turunnya harga emas. Sebab, pada kondisi serba tidak pasti dalam hal ekonomi dan politik, emas dianggap dapat melindungi nilai aset investasi para investor.

Misalnya pada saat kondisi awal pandemi Covid-19, permintaan terhadap emas meningkat seiring para investor yang memindahkan aset investasinya dari saham dan obligasi ke emas. Hal itu mendorong naik harga emas di pasar dunia.

Saat dalam kondisi kritis, emas kerap dianggap sebagai safe haven. Namun saat kondisi sudah membaik, maka risk appetite investor akan berubah dan kembali mencari instrumen yang lebih agresif dan high risk.

Ada tiga alasan mengapa emas menjadi primadona di kala kondisi ekonomi sedang tidak menentu. Pertama, nilai emas tetap terjaga meski dalam kondisi inflasi maupun deflasi.

Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi maupun perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...