Semangat Bambu Runcing di Era Digital
Belum seratus tahun kita merdeka, jangan sampai kita kehilangan kemerdekaan untuk bermimpi. Ini cerita perjalanan hidup saya mendirikan Tokopedia.
“William, kamu masih muda, dan muda itu cuma sekali. Janganlah bermimpi muluk-muluk. Carilah hal yang lebih realistis. Role model kamu, founder dari Sillicon Valley, mereka adalah orang-orang yang spesial. Kamu tidak. Jadi jangan sia-siakan masa muda kamu,” nasehat salah seorang calon pemodal yang saya terima dalam perjalanan mendirikan Tokopedia.
Dalam mendirikan dan membangun Tokopedia, saya belajar tentang semangat bambu runcing dalam menemukan keberanian, kegigihan, dan harapan. Dan inilah cerita perjalanan hidup saya.
Jatuh Cinta pada Internet
Saya ini pengusaha karena kepepet.
Saya besar dan lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara. Ketika tamat SMA, ayah dan paman ingin saya punya kehidupan lebih baik. Mereka percaya kehidupan lebih baik dimulai dari pendidikan yang lebih baik. Saya diberikan kesempatan untuk kuliah di Jakarta.
Naik kapal empat hari tiga malam dari Belawan ke Tanjung Priok, itu pertama kalinya saya keluar dari Sumatera Utara. Senang sekali bisa merantau dan mengenyam pendidikan tinggi di Jakarta. Sayangnya, ayah jatuh sakit pada tahun kedua. Untuk tetap berada di Ibu Kota, saya mencari pekerjaan sampingan. Minim pengalaman, saya beruntung diterima menjadi penjaga warung internet (warnet) 24-jam untuk shift malam di sekitar kampus.
Saat itu internet masih mahal, tapi saya bisa menggunakan internet secara gratis, 12 jam per hari, dari pukul sembilan malam hingga sembilan pagi. Bahkan dibayar untuk itu. Sejak itu saya jatuh cinta kepada internet, sebuah gerbang ke dunia lewat jemari tangan kita, kapan pun di mana pun.