Dua penyedia layanan on-demand Gojek dan Grab bersaing ketat supaya aplikasinya menjadi yang paling banyak digunakan. Caranya, dengan menyediakan beragam layanan sehari-hari di aplikasinya (SuperApp). Hanya keduanya menerapkan strategi yang berbeda untuk menjadi SuperApp.

CEO Gojek Nadiem Makarim mengklaim, aplikasi yang dibuatnya merupakan SuperApp pertama di dunia. Alasannya, layanan yang tersedia di aplikasi Gojek disediakan langsung oleh perusahaan. (Baca: Nadiem Makarim Ungkap Rahasia Sukses SuperApp Gojek)

Advertisement

Akan tetapi, South China Morning Post melaporkan bahwa aplikasi perpesanan milik Tencent Holdings, WeChat lebih dulu menjadi SuperApp. “Kami berbeda dengan WeChat, karena layanannya kami miliki sediri. Strategi SuperApp ini akan kami dalami,” kata Nadiem saat konferensi pers di Restoran Segarra, Ancol, Jakarta, Kamis (11/4).

Untuk bisa menjadi SuperApp, Gojek mengacu pada tiga pilar layanan. “Tidak menyebar dan lebar, tapi kami dalami,” kata dia. Pilar yang dimaksud adalah transportasi, pesan-antar makanan dan minuman, serta pembayaran.

Ayam Parape
Ayam Parape (Katadata/Desy Setyowati)

Berbasis hal itu, aplikasinya memiliki tiga konsep SuperApp. Pertama, aplikasi untuk konsumsi alias consumer app dengan menghadirkan layanan terkait kebutuhan sehari-hari. (Baca: Grab Berencana Ekspansi Senilai Rp 91 Triliun Demi Gulingkan Gojek)

Kedua, aplikasi untuk bisnis. Caranya, Gojek menyediakan analisis data dan keperluan bisnis lainnya supaya lebih berkembang. Ketiga, aplikasi untuk meningkatkan pendapatan mitra.

Ketiga konsep inilah yang akan didalami oleh Gojek sehingga bisa memantapkan diri sebagai SuperApp. “Untuk menjadi SuperApp, sangat penting bagi kami menjadi seperti segitiga,” kata Nadiem.

Setidaknya Gojek memiliki 21 layanan di aplikasinya, mulai dari berbagi tumpangan (ride-hailing), pesan-antar makanan dan minuman, membeli bensin, hingga layanan pembayaran. Gojek juga bermitra dengan perusahaan lain guna menambah layanan, seperti berita, komik hingga e-commerce.

Nadiem mengklaim layanan Go-Food minimal empat kali lebih besar dibanding pesaing terdekatnya di Indonesia. Dia mengklaim Go-Food merupakan layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara dan ketiga di dunia.

(Baca: Di Daftar Go-Food, Orins Kalahkan Martabak Anak Jokowi)

Total transaksi alias gross transaction value (GTV) Gojek mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 126 triliun pada 2018. Menurutnya, total transaksi ini melebihi pesaingnya. Transaksi tersebut naik 13,5 kali dibanding 2016. Sementara volume transaksinya mencapai 2 miliar.

Jumlah Unduh AplikasiLayanan pesan-antar makananRide-hailing (motor dan mobil)Layanan pembayaranCakupan
Gojek142 juta400 ribu mitra di 370 kota di Indonesia2 juta mitra di IndonesiaGo-Pay bermitra dengan 28 insitusi keuangan dan ratusan ribu mitra di 370 kota204 kota di empat negara
Grab144 jutaDi 178 kota di Indonesia9 juta (plus agen) di Asia TenggaraGrab menggandeng OVO di Indonesia336 kota di delapan negara

Sumber: Katadata, diolah

Chief Commercial Expansion Gojek Catherine Hindra Sutjahyo menambahkan, rerata omzet mitra Go-Food naik 3,5 kali setelah bergabung dengan perusahannya. Jumlah order Go-Food mencapai 30 juta per bulan di Asia Tenggara pada 2018. Angka ini tumbuh tujuh kali dibanding 2016.

Layanan Go-Food juga sudah merangkul lebih dari 400 ribu penjual makanan dan minuman, yang 80 % di antaranya merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Selain itu, 60 ribu penyedia layanan masuk ekosistem Gojek.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement