Kunci Mengatasi Pelemahan Rupiah dan Defisit Neraca Pembayaran

Suahasil Nazara
Oleh Suahasil Nazara
21 September 2018, 06:00
Suahasil Nazara
Ilustrator: Betaria Sarulina | Katadata
obat rupiah

Pergerakan nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi oleh defisit neraca pembayaran. Solusi utamanya: menaikkan ekspor dan menurunkan impor. Langkah ini akan memperbaiki neraca transaksi berjalan. Selain itu, mesti memasukkan modal, baik investasi langsung (FDI) maupun investasi di pasar keuangan.

Menaikkan Ekspor

Advertisement

Seharusnya, kalau rupiah melemah, produk ekspor otomatis menjadi lebih kompetitif. Karena, dalam jangka pendek ongkos produksi tetap sehingga eksportir bisa menjual produk dengan harga lebih murah.

Menaikkan ekspor juga berarti mendorong industri manufaktur untuk berproduksi. Pertumbuhan ekspor kita saat ini meningkat dibandingkan 2015 atau 2016. Namun, ada satu karakteristik khusus di Indonesia. Jika manufaktur berproduksi lebih banyak, biasanya perlu impor bahan baku dan barang modal.

Di sini menjadi mbulet. Ketika rupiah melemah, ongkos bahan baku ikut naik, sehingga belum tentu ekspor barang manufaktur lebih murah. Alhasil, ketergantungan terhadap impor barang modal dan bahan baku ini membuat sektor manufaktur tidak bisa memanfaatkan pelemahan rupiah.

Menaikkan ekspor juga berarti mendorong pemasukan devisa dari pariwisata. Ketika rupiah melemah, seharusnya bepergian ke Indonesia lebih murah. Para pengusaha pariwisata bisa mempromosikannya secara besar-besaran. Di sisi lain, pemerintah membangun infrastruktur dan mendorong destinasi-destinasi baru untuk turis. Ini benar-benar harus dimanfaatkan. Jumlah wisatawan mancanegara harus digenjot. Program 10 New Bali harus jadi.

Kalau Indonesia membangun infrastruktur, itu juga supaya ekspor bisa lebih lancar. Infrastruktur harus cukup -listrik, komunikasi, transportasi, dan lainnya- perizinan lancar, ada kepastian hukum, dan pelayanan pajak dijalankan dengan benar. Begitu pula terkait aturan ketenagakerjaan, tidak ada pungli, dan beragam urusan lainnya.

Selain infrastruktur, iklim investasi harus diperbaiki. Kita tahu Indonesia sudah naik peringkat Ease of Doing Business-nya ke ranking 70-an. Tapi, ini belum cukup. Musti dilanjutkan. Kalau online single submission (OSS) sudah dimulai, tetap harus dicari terus terobosan baru mempercepat layanan perizinan. Semua harus bisa dimanfaatkan oleh para eksportir.

Mengurangi Impor

Bagaimana menurunkan impor? Mesti melihat data, apa impor yang tinggi? Apa yang naik cepat? Lalu, perlu dirumuskan yang bisa dilakukan dalam jangka pendek dan panjang.

Peningkatan impor saat ini terjadi hampir untuk semua barang. Pada Januari-Juli 2018, impor barang modal naik 30,1 persen dibandingkan Januari-Juli tahun lalu. Impor barang konsumsi naik 27 persen, dan impor bahan baku naik 23 persen. Angka ini relatif tinggi. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang nominalnya hanya tumbuh 8,5 - 9 persen.

Halaman:
Suahasil Nazara
Suahasil Nazara
Kepala Badan Kebijakan Fiskal

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement