Aktivitas di Bumi Karang Indah makin berkurang. Seperti Kamis siang pekan lalu, orang jarang berlalu-lalang di kompleks perkantoran di Jalan Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu. Hal ini seiring satu per satu penyewa kantor di sana menyusut sejak Maret lalu, kala pandemi corona mulai merebak.

Dari sekitar 20 kantor, empat di antaranya kosong dan siap dilego oleh si pemilik gedung. “Di sana dulu tempat praktek dokter gigi, lalu itu tempat les, kemudian tempat les musik,” kata Wahyu, petugas keamanan Bumi Karang Indah kepada Katadata.co.id sambil menunjuk ke deretan kantor di sana.

Advertisement

Menurut dia, para penyewa yang tak memperpanjang pemakaian gedung makin bertambah tatkala Pemerintah Daerah DKI Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB pada 10 April 2020. Tiga hari sebelum itu angka positif Covid-19 di Ibu Kota mencapai 1.552 kasus, 144 orang di antaranya meninggal. Akibat PSBB, kegiatan ekonomi sejumlah sektor non-esensial ditutup.

Dia mendengar, kondisi saat ini memang sedang susah. Wahyu pun belum mendapat kabar perihal tiga penyewa kantor lain yang masa kontraknya bakal habis pada akhir tahun ini, akan meneruskan atau menghentikan usaha mereka di kompleks tersebut.

Tak hanya perkantoran yang kegiatan usahanya menurun, sejumlah pusat perbelanjaan malah mati suri. Hanya ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melonggarkan PSBB pada awal Juli, geliat ekonomi mulai terlihat. Seperti di Cilandak Town Square, pengunjung mulai berdatangan.

Walaupun, kata seorang resepsionis, sedikit keramaian baru terlihat satu bulan terakhir. Itu pun belum semua tenant membuka gerainya. Seperti Kamis kemarin, tiga toko masih tutup. Sementara orang yang datang baru sepertiga dibandingkan hari normal. “Hanya di akhir pekan meningkat 50 – 60 %,” ujar dia.

Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan, hingga saat ini memang tidak ada ekspansi di sektor retail karena tingkat kunjungan mal yang minim setelah PSBB. Sejumlah perusahaan bahkan mengurungkan niat meluncurkan mal baru.

Beberapa mal yang batal dibuka di antaranya AEON Mal Lenteng Agung dan Senayan Park, karena jumlah pengujung yang sepi. Padahal mal tersebut sudah memiliki komitmen awal dari tenant.

Kondisi tersebut memang jauh dari prediksi sebelum pandemi. Dari sisi okupansi, Anton menyebutkan tingkat hunian mal di Jakarta semula diperkirakan bakal terus naik mengikuti tren tahun lalu. Realisasinya, tingkat keterisian mal di Jakarta yang biasanya hampir 90 % kini tinggal 86 %.

Aneka Promosi Properti Pemikat Konsumen

Dampak negatif pandemi corona terhadap bisnis perkantoran dan gedung perbelanjaan ini dirasakan industri properti secara umum. Sejumlah kalangan melihat properti merupakan salah satu bisnis yang tak cemerlang tahun ini. Tak ada lagi slogan “Beli sekarang atau harga naik pekan depan”. Pengembang properti justru mengucurkan berbagai diskon untuk menarik pembeli.

PT Sinarmas Land, sebagai contoh, memberikan banyak potongan harga untuk meningkatkan penjualan. Dari akun Instagram SinarmasLand, sejumlah produk properti diberikan diskon 10 hingga 25 % dan bonus Rp 50 juta hingga 300 juta.

Sepanjang semester satu kemarin, pertumbuhan harga properti memang melambat. Bahkan Bank Indonesia memproyeksikan laju harga properti residensial masih melemah hingga kuartal ketiga 2020, seperti terlihat dalam grafik Databoks di bawah ini. 

Lesunya penjualan ini menyebabkan kinerja perusahaan properti negatif. Berdasarkan notasi khusus Bursa Efek Indonesia per 7 September 2020, PT Ayana Land International, misalnya, tercatat tidak memiliki pendapatan usaha dalam laporan keuangannya. Sedangkan PT Modern Internasional memiliki ekuitas negatif.

Selain itu, PT Sentul City mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang atau PKPU yang dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Adapula PT Cowell Development dan PT Hanson International dinyatakan pailit.

Meski begitu, sejumlah pengembang besar seperti PT Ciputra Development masih bisa bertahan. Perusahaan itu bahkan terus melanjutkan pengembangan proyek baru meski kondisi pasar tak cukup baik.

Direktur Ciputra, Harun Hajadi, menyatakan perusahaan memiliki strategi tertentu dalam menjual produk meski di tengah pandemi corona. Hasilnya, perusahaan berhasil meluncurkan klaster perumahan dan sold out. Pihaknya cukup percaya diri untuk meluncurkan proyek baru di akhir tahun ini.

Penjualan proyek rumah tapak Ciputra yang masih cukup baik hingga saat ini berada di Medan, Bogor, Tangerang, Bekasi, Semarang, dan Makassar. “Itu yang kelihatannya cukup bergairah,” ujar Harun.

Meski begitu, tak semua produk perusahannya laku keras. Salah satu agen penjualan produk perumahan di Citra Raya mengatakan memang berhasil memasarkan klaster Viale seharga Rp 500-an juta hingga sold out. Namun untuk proyek seharga Rp 700 juta hingga 1 miliar per unit di kawasan yang sama belum terjual semua.

Lipsus Properti 1
(Adi Maulana Ibrahim | Katadata)

Karena itu, Ciputra hanya menargetkan total penjualan pada tahun ini Rp 4,5 triliun. Jumlah tersebut turun dibandingkan realisasi pada 2019 yang mencapai Rp 6,8 triliun.

Pendapatan Ciputra pada semester satu kemarin turun hingga 10,84 % secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2,8 triliun, dengan pendapatan pra-penjualan menyusut dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2 triliun. Sedangkan laba bersih emiten berkode CTRA itu anjlok 42,82 % menjadi Rp 169,51 miliar.

Dalam mengatasi badai pandemi ini, Sinarmas Land mengadakan Move In Quickly yang berlangsung dari Maret sampai 31 Desember 2020. Menurut Managing Director Strategic Business & Services Sinarmas Land Alim Gunadi, program berupa diskon untuk pembelian tunai dan keringanan uang muka untuk pembelian kredit ini sangat diminati pelanggan. “Baik itu investor atau pun end user,” kata Alim kepada Katadata.co.id.

Untuk memperluas pangsa pasar, Sinarmas Land juga membidik kalangan milenial. Programnya seperti imajihaus, invensihaus, freja, dan O2. Untuk yang ini, Alim belum bisa mebeberkan seberapa cepat tingkat transaksinya karena programnya masih berlangsung. Yang pasti, “Penjualannya sudah sampai 570 unit.” Walau tidak sefantastis seperti di masa normal yang kerap sold out, Alim bersyukur akan pencapaian tersebut.

Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan penjualan properti residensial seperti perumahan memang masih berjalan, walau bukan mencerminkan kondisi secara keseluruhan. Dalam kondisi pasar yang melamabat, tetap ada beberapa proyek properti yang sukses.

Satu faktor pendorong di antaranya yaitu permintaan dan produk yang ditawarkan cocok dengan kelangan menengah. Misalnya, harga terjangkau dan produknya tidak berlebihan. Ketika fundamental permintaan terbuka lebar, proyek-proyek aktif yang dilaksanakan dengan konsisten akan memiliki peluang bagus.

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana, Muchammad Egi Fadliansyah
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement