Perlawanan Keras Seniman dan Budayawan Menunggu Rilis Vaksin Corona

Luki Safriana
Oleh Luki Safriana
30 September 2020, 07:00
Luki Safriana
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Pengunjung mengamati karya saat pameran seni yang bertajuk "Duwow" di Jogja Gallery, Yogyakarta, Selasa (4/8/2020). Pameran seni yang digelar oleh dua komunitas seniman Tenggara dan Liquid Colour tersebut sebagai penanda bergerak kembali kegiatan seni rupa di Yogyakarta pada masa tatanan kehidupan baru dengan standar protokol kesehatan.

Tahun ini Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) tetap digelar. FKY dengan berani menancapkan gas dan menghadapi pandemi corona. Jalur internet merupakan medium utama yang dipilih dalam menjalankan festival. Selain itu, terdapat beberapa festival yang dijalankan secara langsung dengan protokol kesehatan dan keamanan yang sangat ketat.

Direktur Utama FKY, Paksi Raras Alit, mengatakan bahwa tema besar festival tahun ini “Mulanira 2: Akar Hening di Tengah Bising”. Tema ini masih terkait dengan FKY 2019, “Mulanira” yang berasal dari bahasa Jawa Kuno berarti wiwitan atau pada mulanya. Sedangkan tema kali ini memberikan suatu tafsir menarik bahwa seniman dan budayawan Nusantara dituntut tetap dapat membaca situasi dan kondisi. Selain itu, agar terus berkarya di tengah situasi pagebluk yang penuh tantangan.

Advertisement

Di tengah Covid-19, ajang seni budaya tahunan Yogyakarta harus berlanjut. Pelaksanaan FKY mengalami perubahan durasi dan format. Jika pada tahun sebelumnya festival berlangsung hampir tiga pekan, pada 2020 hanya enam hari secara daring, luring, maupun langsung. FKY yang berlangsung pada tanggal 21-26 September 2020 lalu memiliki empat kegiatan, yaitu Pameran Seni Rupa; Program Pertunjukan; Kompetisi Seni Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020; dan Pasar FKY 2020.

Perubahan durasi dan format tersebut menjadi daya tarik tersendiri dan mengundang rasa penasaran penikmat seni. Semua pertunjukkan yang dihadirkan dalam konsep daring dapat diakses umum (www.fkymulanira.com). Sedangkan untuk luring dapat diakses melalui radio, juga stasiun televisi daerah Yogyakarta. Khusus pameran seni rupa dapat dinikmati secara langsung di Kompleks Museum Sonobudoyo dengan batasan kunjungan serta penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Asa Menunggu Rilis Vaksin    

Perhelatan FKY tentu menjadi salah satu repertoar dari bentuk pemasaran tata kelola kota yang mengagumkan. Hal ini dihadirkan melalui semangat bahu-membahu para seniman dan budayawan Yogyakarta agar tetap produktif dengan menyelenggarakan festival yang ikonik. Yogyakarta memberikan suatu stimulan kuat kepada seluruh kota di Indonesia bahwa seniman dan budayawan tidak boleh menyerah. Kota harus terus bergerak agar aspek kebudayaan tetap dapat hidup.

Pengaruh FKY tentu memberikan suatu sinyal positif tambahan secara nasional. Kondisi ini sekaligus menafsirkan bahwa eksplorasi pada aspek kesenian dapat diwujudkan melalui pendekatan internet. Sebelumnya, kota Solo menghadirkan Solo Internasional Performing Art (SIPA) pada 10-12 September 2020. Kegiatan seni ini hampir serupa dengan FKY, hanya saja lebih menonjolkan aspek seni pertunjukkan.

Menarik untuk dicatat bagi pelaku seni budaya se-Nusantara, pesan kuat dari perlawanan keras FKY 2020 terhadap pandemi begitu kental dan sarat dengan filosofi jawa yang universal. Tema “Akar Hening di Tengah Bising” dapat dimaknai sebagai pengingat bahwa apapun kondisi yang sedang dijalani, seseorang harus memiliki ruang untuk memproduksi pengetahuan, mempertajam daya baca, dan memiliki daya kuat untuk bertahan. Perlawanan ini begitu menggugah dan merepresentasikan semangat perjuangan pada diorama-diorama Museum Monumen Yogya Kembali dan Museum Benteng Vredenburg.

Penyelenggaraan FKY bertepatan dengan critical time dan momen akan dirilisnya vaksin virus corona secara nasional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, menjelaskan “Critical time-nya adalah tiga bulan (sampai Desember 2020). Kita harus menjaga, jangan sampai ada lonjakan ekstrem dan kondisi tidak normal, sebelum vaksinasi mulai dilakukan”.

Halaman:
Luki Safriana
Luki Safriana
Pengajar Paruh Waktu Prodi S1 Event Universitas Prasetiya Mulya, Mahasiswa Doktoral PSL-IPB University

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement