Biaya dan Manfaat Produksi Listrik Tanpa Batu Bara

Komaidi Notonegoro
Oleh Komaidi Notonegoro
28 Desember 2020, 15:09
Komaidi Notonegoro
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). Kementerian ESDM menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) Juli 2020 sebesar US$52,16 per ton turun sebesar US$0,82 per ton atau 1,54 persen dibandingkan Juni 2020 sebesar US$52,98 per ton, penurunan tersebut disebabkan minimnya permintaan ekspor batu bara untuk pasar global khusunya China dan India.

Upaya pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sedang memperoleh momentum. Presiden Cina Xi Jinping menargetkan emisi karbon untuk negara mereka menjadi nol pada 2060 mendatang. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden akan kembali bergabung pada Paris Agreement. Sementara Tesla sebagai salah satu korporasi yang menggunakan energi bersih dikabarkan akan menjadi bagian dari S&P 500 Indeks dengan salah satu kapitalisasi terbesar.

Batu bara sebagai salah satu energi fosil yang dinilai paling kotor, umumnya akan menjadi yang pertama ditinggalkan ketika pengembangan dan pemanfaatan EBT memperoleh momentum. Upaya untuk meninggalkan batu bara sebagai sumber energi tampak tidak hanya berasal dari para penggiat sektor energi. Bahkan The Economist untuk publikasi awal Desember 2020 secara khusus memilih tema Making Coal History.

Produksi Listrik Tanpa Batubara

Indonesia perlu serius mencermati dan mengantisipasi tren global yang akan meninggalkan batu bara sebagai sumber energi. Selain harus siap kehilangan salah satu sumber devisa utama, Indonesia juga mesti siap dengan biaya penyediaan dan pengadaan listrik yang berpotensi lebih mahal. Termasuk dalam hal ini perlu serius dan siap di dalam memitigasi dampak ikutannya.

Publikasi Statistik PLN 2019 melaporkan produksi listrik Indonesia pada 2019 sebesar 270.975 GWh. Dari jumlah tersebut, 174.493 GWh atau 64,39 % di antaranya diproduksi dari batu bara. Rata-rata biaya pembangkitan listrik pada tahun lalu dilaporkan Rp 2.999,73 per kWh. Berdasarkan jenis pembangkitnya, biaya pembangkitan terdistribusi PLTA Rp 559,71 per kWh, PLTU Rp 653,12, PLTD 3.308,26, PLTG 2.570,03, PLTP 1.191,25, PLTGU Rp 1.357,75, dan PLTS Rp 11.317,73.

Berdasarkan data dan informasi yang ada tersebut, simulasi ReforMiner Institute menemukan bahwa biaya pembangkitan listrik di Indonesia hampir dapat dipastikan akan meningkat ketika tidak lagi menggunakan batu bara (ceteris paribus). Satu-satunya peluang untuk menjaga agar biaya pembangkitan listrik tidak meningkat adalah dengan mengganti penggunaan batu bara dengan PLTA yang notabene juga akan sulit untuk dilakukan.

Simulasi ReforMiner Institute menemukan, jika seluruh batu bara dalam pembangkitan listrik digantikan gas, rata-rata biaya pembangkitan listrik akan meningkat menjadi sekitar Rp 4.234 per kWh atau meningkat 41,15 %. Jika penggunaannya digantikan dengan pemanfaatan panas bumi, rata-rata biaya pembangkitan listrik akan meningkat menjadi Rp 3.346 per kWh atau bertambah 11,55 %. Sedangkan jika pemakaian batu bara digantikan PLTS, rata-rata biaya pembangkitan listrik akan meningkat menjadi Rp 9.867 per kWh atau membengkak 228,94 %.

Bagi perekonomian Indonesia, dampak dari meningkatnya biaya pembangkitan listrik tersebut tidak sederhana mengingat saat ini sekitar 70 % PDB Indonesia dikontribusikan oleh sektor ekonomi yang padat listrik. Sebagai contoh industri pengolahan, perdagangan, informasi dan komunikasi, keuangan dan asuransi, dan sektor jasa-jasa. Berdasarkan kondisi tersebut, meningkatnya biaya pembangkitan listrik akan meningkatkan biaya produksi dari sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi sekitar 70 % dalam pembentukan PDB Indonesia.

Halaman:
Komaidi Notonegoro
Komaidi Notonegoro
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...