Membangun Ekosistem Bisnis Kendaraan Listrik

Ade Febransyah
Oleh Ade Febransyah
14 Maret 2021, 08:30
Ade Febransyah
Ilustrator: Betaria Sarulina
Lucid Air hasil rancangan mantan anak buah Elon Musk, Peter Rawlinson, yang diklaim sebagai mobil listrik tercepat di dunia dengan jarak tempuh terjauh dalam sekali pengisian daya.

Kehadiran kendaraan listrik sudah menjadi keniscayaan. Perlahan tapi pasti akan menggantikan kendaraan internal combustion engine (ICE). Beberapa negara di Eropa sudah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan ICE mulai 2025. Di Amerika Serikat, meski penjualan kendaraan listrik masih sekitar 2 % dari total penjualan kendaraan, namun persaingan antar-pembuat EV sudah begitu keras.

Sementara di Cina, penjualan mobil listrik masih 5 % dari total penjualan dan memperlihatkan pertumbuhan setiap tahun. Hal ini memang tidak terlepas dari insentif yang diberikan pemerintahnya kepada masyarakat agar harga mobil listrik bisa terjangkau.

Advertisement

Di Indonesia, mobil listrik berbaterai mulai diperkenalkan oleh beberapa pabrikan ternama. Hanya saja difusinya masih terbatas di segelintir masyarakat, mengingat harga kendaraan yang masih sangat tinggi dan tidak terjangkau oleh banyakan konsumen. Selain itu, ketersedian infrastruktur publik untuk stasiun pengisian batere masih sedikit sekali.

Saat ini sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 15/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Listrik Berbasis Baterai. Lewat peraturan ini, Indonesia menyiapkan diri menjadi basis produksi bagi pembuat mobil listrik berbasis baterai. Tidak hanya dalam urusan membuat, peraturan ini mempercepat pembangunan ekosistem bisnis kendaraan listrik termasuk infrastruktur stasiun pengisian baterai, penyedia bahan baku nikel, pembuat baterai, hingga pembuat barang setengah jadi untuk baterai.

Beberapa investor dari luar sudah menyatakan minatnya untuk menjadi pemain penting dalam ekosistem bisnis kendaraan listrik di Indonesia.

Keseriusan pemerintah dan minat investor asing untuk mengembangkan industri kendaraan listrik tidak lepas dari pasar mobil di Indonesia yang cukup besar. Di Indonesia, kendaraan roda empat masih menjadi produk dambaan masyarakat. Mobil tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi untuk memudahkan mobilitas seseorang, tapi sudah menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan emosional, untuk mengekspresikan diri mereka  (Bremson et al., 2013; Plotz et al., 2014).

Yang menjadi pertanyaan adalah sungguhkah kehadiran kendaraan listrik ini akan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi Indonesia? Adakah pemain-pemain lokal yang bisa menjadi aktor utama dalam ekosistem bisnis kendaraan listrik?

Ekosistem Bisnis

Ekosistem bisnis, singkatnya, adalah pengembangan dari rantai suplai konvensional dengan melibatkan pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah, unversitas, lembaga riset, dan asosiasi-asosiasi industri (Moore, 1993). Ekosistem bisnis juga dapat dilihat sebagai network of interpreter (Verganti, 2009) dimana di dalamnya begitu banyak aktor-aktor yang secara bebas berinteraksi satu sama lain dalam proses penciptaan nilai.

Dalam konteks ekosistem bisnis kendaraan listrik, para aktornya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian: supply, demand, interface, and support (Shang dan Shi, 2013).

Di sisi suplai akan didiami oleh aktor-aktor pembuat: pembuat/pengasembli kendaraan listrik, pembuat baterai, pembuat motor listrik, penyedia sistem kontrol, penyedia sistem operasi, hingga pembuat komponen dan barang setengah jadi. Di sisi demand tentu akan diisi oleh pengguna EV, apakah individu atau bisnis.

Bagian interface akan diisi oleh utamanya para dealer dan peritel. Sedangkan bagian support akan berisikan pemerintah, universitas/lembaga riset, asosiasi industri, penyedia layanan purna jual, dan penyedia infrastruktur listrik maupun pengisian baterai mobil listrik.

Layaknya ekosistem alam, suatu ekosistem bisnis dikatakan sehat jika semua aktor di dalamnya mampu hidup sehat. Pembuat/pengasembli EV mampu membuat dan menjual produknya tepat kualitas, tepat waktu, tepat biaya.

Konsumen baik individu maupun bisnis dikatakan sehat jika memiliki kemampuan beli untuk mendapatkan EV sehingga urusan mobilitasnya terselesaikan. Universitas/lembaga riset dikatakan sehat jika dapat melakukan penelitian untuk memajukan teknologi yang dibutukan dalam  pengembangan produk dan layanan mobil listrik, dan seterusnya.

Dalam ekosistem alam, ketersediaan udara dan air akan menjamin keberlangsungan hidup semua makhluk di dalamnya. Dalam ekosistem bisnis, keberlangsungan akan bergantung pada permintaan pasar yang menjamin terjadinya aliran pembayaran.

Seperti halnya dalam suatu rantai suplai, aliran permintaan dan pembayaran datangnya dari konsumen. Adanya aliran uang inilah yang akan menggerakkan dan menghidupi pemain-pemain dalam ekosistem bisnis.

Jadi keberlangsungan ekosistem bisnis kendaraan listrik dapat dijelaskan dari perspektif pasar. Apakah kendaraan listrik yang ditawarkan di pasar Indonesia mampu merangkul pengguna mayoritasnya?

Kendaraan listrik sebagai suatu inovasi harus mampu menciptakan peningkatan rasio manfaat terhadap harga dibanding produk sebelumnya (Meyer dan Garg, 2005). Dan bagi konsumen, harga suatu produk baru dapat menjadi kriteria biner untuk memutuskan membeli. Jika harganya sesuai dengan kemampuan beli akan berlanjut pada aksi membeli. Tapi jika harga produk baru di luar jangkauan kemampuan beli, aksi membeli tidak akan terjadi.

Sekarang ini memang sudah ada beberapa pabrikan seperti Hyundai, BMW, Tesla yang menawarkan kendaraan listrik menggunakan baterai (battery electric vehicle/BEV). Namun dengan harga jual di atas Rp 650 juta akan sulit untuk merangkul mayoritas pemilik kendaran di Indonesia. Data Gaikindo menunjukkan penjualan kendaraan terbesar di Indonesia datang dari kendaraan di bawah Rp 300 juta.

Pabrikan harus memikirkan kembali portofolio kendaraan listrik yang tepat untuk bisa diterima masyarakat Indonesia. Pabrikan yang menawarkan kendaraan listrik yang tepat akan menjadi focal firm atau keystone player (Iansiti dan Levien, 2004) dalam ekosistem bisnis.

Aktor inilah yang akan mempengaruhi dan menggerakkan aktor-aktor lainnya dalam ekosistem bisnis. Product-market fit akan menjadi modal utama bagi terbangunnya ekosistem bisnis yang kuat.

Jika nanti ekosistem bisnis kendaraan listrik terbangun di Indonesia, siapakah kira-kira yang akan menikmati penciptaan nilai dalam ekosistem tersebut?

Halaman:
Ade Febransyah
Ade Febransyah
Guru Inovasi Prasetiya Mulya Business School

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement