Siapkah Indonesia Menghadapi Evolusi Embedded Finance?

Paramita Wikansari
Oleh Paramita Wikansari
29 Maret 2021, 10:37
Paramita Wikansari
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Ilustrasi digital

Embedded finance menjadi topik trending tahun lalu saat pandemi melanda seluruh dunia. 2020 menjadi tahun perubahan digital di sebagian besar, bila tidak bisa dikatakan untuk semua industri, saat kebanyakan masyarakat mulai bertransaksi secara online.

Di Indonesia, industri perbankan, dan keuangan khususnya, meningkat ketika masyarakat mulai membeli, membayar, dan mengajukan pinjaman dan asuransi hanya dengan melalui beberapa klik pada ponsel pintar mereka. Kebiasaan baru ini memunculkan istilah embedded finance, seiring mulainya perusahaan-perusahaan melakukan perubahan menuju ekosistem finansial yang lebih kolaboratif.

Advertisement

Jadi, apa itu embedded finance dan apakah masyarakat Indonesia siap untuk menyambut perubahan ini?

Integrasi layanan keuangan yang mulus ke dalam penawaran produk bisnis non-finansial adalah gambaran paling baik untuk menjelaskan istilah embedded finance. Berbagai perusahaan berusaha untuk menawarkan embedded finance untuk dan meningkatkan customer lifetime value dengan memastikan customer retention dan user stickiness.

Di sinilah perusahaan fintech seperti CredoLab masuk melalui metodologi embedded scoring, untuk membantu pelanggan dalam memenuhi kebutuhan finansialnya. Didasarkan sepenuhnya pada pemanfaatan metadata tanpa identifikasi personal (no personally identifiable information), CredoLab menggunakan solusi tanpa bias dan berdasarkan izin pengguna, untuk menghitung predictive credit scoring. CredoLab memungkinkan lebih banyak individu untuk mendapatkan pinjaman melalui aplikasi favorit mereka, tidak hanya melalui aplikasi perbankan.

Embedded finance menjembatani jarak antara pelanggan dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan konsumen modern di dunia digital. Menurut laporan Lightyear Capital, pasar embedded finance diharapkan meningkat sepuluh kali dari USD$ 22,5 miliar di 2020 menjadi USD$ 230 miliar di 2025. Idenya adalah untuk merampingkan proses finansial tanpa keterlibatan pihak ketiga.

Perusahaan ride hailing seperti GoJek telah memperkenalkan GoPay dalam aplikasinya, sementara Grab menggunakan Ovo untuk menjembatani kebutuhan pembayaran konsumen. Contoh terkini yaitu kolaborasi antara perusahaan unicorn lokal Bukalapak dan bank Standard Chartered untuk menawarkan layanan banking digital melalui Nexus, penyedia solusi BaaS.

Halaman:
Paramita Wikansari
Paramita Wikansari
Sales Director & Country Manager – Indonesia, CredoLab

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement