Ancaman Besar Perubahan Iklim bagi Pariwisata dan Solusinya

Riko Reinarto
Oleh Riko Reinarto
6 Oktober 2021, 07:00
Riko Reinarto
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
T. FOR EDITORIAL USE ONLY, NOT FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS. . S Ilmuwan dan aktivis perubahan iklim asal Mauritius Shaama Sandooyea, 24 tahun, membawa poster bertuliskan "Youth Strike for Climate", saat protes bawah air di Saya de Malha Bank untuk menyoroti perlunya melindungi padang lamun yang berada di dataran tinggi Mascarene, Mauritius, Sabtu (6/3/2021). Foto diambil tanggal 6 Maret 2021.

Beberapa waktu lalu, band besar asal Inggris, Coldplay, mengajak Presiden Joko Widodo untuk mengatasi krisis iklim yang sudah sangat mengkhawatirkan. Laporan Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) 2021 mengenai dampak dari perubahan iklim, misalnya, memang menyebutkan umat manusia dihadapkan pada ancaman besar. Banyak hal buruk akan terjadi apabila ini terus berlanjut.

Laporan IPCC mencatat, dampak percepatan perubahan iklim setidaknya akan meningkatkan rerata suhu harian dunia, kenaikan muka air laut, dan penurunan drastis diversitas geneologis -flora maupun fauna- secara menyeluruh. Hal serupa terjadi secara masif di Indonesia dan menjalar ke berbagai sektor.

Tourism on the Move in a Changing Climate
Tourism on the Move in a Changing Climate (IPCC 2021)

Salah satu yang terkena dampak terburuk tidak lain pariwisata. Seperti pedang bermata dua, sesuai data dan fakta di lapangan, pariwisata menjadi salah satu sektor yang memberikan dampak besar terhadap percepatan perubahan iklim itu sendiri. Ibarat pepatah, “dia yang menanam, dialah yang menuai”.

The United Nations World Tourism Organization & International Transport Forum pada tahun 2019 melaporkan, kontribusi sektor pariwisata dalam menyumbangkan emisi CO2 sebesar 5 % pada 2005. Sementara transportasi menjadi komponen terbesar dalam menyumbang gas emisi rumah kaca yaitu 75 %.

Industri perjalanan udara juga turut berkontribusi antara 2 dan 3 % dari seluruh emisi CO2 global. Meskipun persentase dampak yang diberikan tidak sebesar sektor energi, hal ini tetap memberikan pengaruh yang signifikan.

Namun kegiatan pariwisata juga tidak dapat dihentikan. Banyak orang menggantungkan hidupnya pada industri ini. Tidak hanya untuk sebagian masyarakat Indonesia, beberapa negara lain juga demikian. Maladewa, Yunani, hingga Portugal menggantungkan kondisi perekonomiannya secara nasional pada sektor ini.

Pariwisata merupakan industri yang bersifat multi-sektor sehingga apabila dimatikan secara total akan mempengaruhi kegiatan lainnya. Beberapa dampak perubahan iklim yang kita rasakan secara langsung dalam waktu dekat yakni pariwisata pantai mulai kehilangan daya tarik. 

Sebagai contoh yakni abrasi, coral bleaching menjangkiti dunia menyelam (scuba diving/freedive), dan rusaknya ekosistem akibat jumlah pengunjung yang melebihi batas standar carrying capacity. Begitu juga rusaknya cagar budaya (tangible cultural heritage) akibat tingkat kelembapan udara meningkatkan secara drastis yang mempercepat pelapukan pada bangunan.

Tidak hanya wisata pantai dan sejarah, dampak perubahan iklim terasa hingga wisata pegunungan. Sampai yang paling parah bagi Indonesia adalah mencairnya salju di Pegunungan Cartenz Papua.

Salju abadi di Pegunungan Cartenz diprediksi hilang selamanya pada 2025. Hal ini dikarenakan meningkatnya rerata suhu dan curah hujan tinggi yang mengakibatkan regresi pada lapisan gletser es di Puncak Jaya Wijaya. Salju itu kini tidak lagi abadi. Satu-satunya salju tropis Indonesia akan hilang.

Ini hanya satu dari sekian banyak dampak buruk fenomena perubahan iklim. Dengan semakin parahnya dampak negatif, risiko yang diterima akan sama besarnya. Kehilangan daya tarik pariwisata sama halnya dengan kehilangan aset berharga. Hal ini tentu akan mengurangi nilai jual daerah dan menutup potensi yang seharusnya bisa dikembangkan lebih baik. Pariwisata sendiri berkontribusi 4.8% dari total PDB Indonesia pada tahun 2019.

Pariwisata Indonesia memainkan peran penting dalam sektor perekonomian masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa komoditas yang bersinggungan langsung di antaranya akomodasi, transportasi, hiburan, dan atraksi.

Berikut adalah bagan dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian:

Halaman:
Riko Reinarto
Riko Reinarto
Co-Founder Astamandala Sustainability Consulting Group. Pengajar paruh-waktu Universitas Prasetiya Mulya

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...