Harapan dan Sisi yang Mengkhawatirkan Ekonomi di 2022

Juky Mariska
Oleh Juky Mariska
21 Januari 2022, 08:45
Juky Mariska
Katadata/Ilustrasi: Joshua Siringo-Ringo
Executive Vice President, Wealth Management Head, Bank OCBC NISP

Memasuki 2022, tahun baru tidak hanya membawa sejumlah harapan untuk perbaikan ekonomi dari 2021. Namun ada juga sejumlah kekhawatiran.

Pandemi corona telah memasuki tahun ketiga dan belum terlihat tanda-tanda akan berakhir. Dunia saat ini sedang berjuang menghadapi varian B.1.1.529 yang disebut omicron. Tingkat penularannya lebih tinggi dibandingkan varian-varian sebelumnya, namun memiliki gejala penyakit yang lebih ringan.

Bercermin pada pandemi flu Spanyol yang berlangsung pada 1918, pandemi ini mengalami tiga gelombang penyakit. Gejala penyakit pada gelombang ketiga disebutkan lebih ringan dibandingkan gelombang kedua. Pandemi tersebut berakhir dengan dinyatakan sebagai endemi di 1920.

Para pakar menilai kondisi tersebut dapat berulang pada pandemi Covid-19 kali ini. Dirjen World Health Organization, Tedros Adhanom, mengungkapkan bahwa pandemi global dapat berakhir di 2022 jika vaksinasi global mencapai setidaknya 70 persen di pertengahan 2022. Per 2 Januari 2022, tercatat vaksinasi global lengkap telah mencapai 49,8 %.

Di Indonesia, vaksinasi lengkap dosis kedua telah mencapai 54,79 % di awal tahun ini dan pemerintah merencanakan vaksinasi ketiga atau booster vaksin mulai 12 Januari 2022. Booster ini merupakan upaya pemerintah untuk mendukung pembukaan ekonomi domestik secara penuh di tengah ancaman sebaran varian Omicron.

Selain booster, pemerintah telah mendatangkan sejumlah obat antivirus Covid-19 yang terbukti mengurangi risiko perawatan di rumah sakit. Hal ini untuk mengantisipasi potensi naiknya sebaran kasus Omicron yang dapat membebani fasilitas kesehatan di tengah kembalinya aktivitas sosial masyarakat.

Sementara itu, mobilitas masyarakat di akhir 2021 terlihat terus meningkat di atas level pra-pandemi (Sumber: Google Mobility Report, 2 Jan 2022). Sektor belanja kebutuhan sehari-hari, ritel, dan rekreasi, meningkat signifikan. Hal ini tercermin dengan kenaikan inflasi bulan Desember 2021. Indeks Harga Konsumen naik 1,87 % secara tahunan, yang merupakan angka tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Namun demikian, angka ini masih jauh dari kisaran rata-rata inflasi dalam 10 tahun terakhir di empat persen. Pemerintah dalam APBN 2022 memperkirakan tingkat inflasi 2022 akan berada di kisaran 3 ± 1 %. Selain itu suku bunga diperkirakan naik setidaknya satu kali di paruh kedua tahun ini. Tren kenaikan inflasi memberikan harapan optimis akan pemulihan konsumsi domestik yang berkontribusi lebih dari 50 persen ekonomi Indonesia.

Penyaluran kredit tercatat bertumbuh 4,73 % di November 2021, hampir kembali pada tingkat pertumbuhan pra-pandemi di atas 5 %. Kenaikan kredit terjadi pada semua sektor perekonomian dan UMKM, seiring dengan pulihnya aktivitas dunia usaha di tengah pelonggaran PPKM.

Ancaman risiko sistemik di tengah krisis pun terus turun. Walaupun diperpanjang hingga 2023, restrukturisasi perbankan terus menurun di akhir 2021. Rasio kredit macet perbankan atau Non Performing Loan turun ke 3,22 % di Oktober 2021. Hal ini menunjukan sinyal pemulihan kesehatan sektor keuangan.

Selain kembalinya konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan didukung oleh prospek kenaikan investasi dari Undang-Undang Cipta Kerja, normalisasi belanja infrastruktur, serta kenaikan ekspor.

Indonesia terus mencatatkan surplus neraca perdagangan, didukung oleh kenaikan permintaan global akan ekspor komoditas seiring dengan pembukaan ekonomi yang berkelanjutan. Sehingga, penerimaan negara di 2021 mencapai 114,9 % terhadap target seiring meningkatnya harga komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, timah dan lainnya.

Kenaikan penerimaan ini berimbas pada menyempitnya jurang defisit anggaran di 2021. Defisit anggaran 2021 tercatat 4,65 % terhadap PDB, turuh jauh dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 17.3%.

Halaman:
Juky Mariska
Juky Mariska
Wealth Management Head

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...