Dua Potret Kontras BUMN Transportasi

Arista Atmadjati, SE.MM
Oleh Arista Atmadjati, SE.MM
13 Juli 2022, 07:15
Arista Atmadjati
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Dosen International University Liaison Indonesia (IULI) Aviation Management.Chairman Aviation School AIAC

Teori ekonomi secara umum menyebutkan bahwa persaingan usaha itu perlu. Persaingan merupakan salah satu jalan agar sebuah perusahaan berkembang dengan baik, terutama dalam pelayanan. Bisa kita lihat bagaimana persaingan perusahaan otomotif Jepang seperti Daihatsu, Toyota, dan Honda. Atau Hyundai dan Daewoo di Korea yang bersaing, misalnya, dalam teknologi dan konsumsi bahan bakar. 

Demikian pula pada dunia penerbangan bisnis di Indonesia. Dahulu kita punya sekitar 15 maskapai berjadwal. Beberapa maskapai lalu kalah bersaing seperti, Linus Air, Batavia Air, Tiger Mandala, bahkan maskapai pemerintah Merpati dan Royal Pacific dari konsorsium India. Kemudian muncul maskapai baru seperti Super Air Jet, Pelita, Trans Nusa.

Muara persaingan itu yakni memberikan kepuasan kepada pelanggan semaksimal mungkin. Sebab, monopoli atau dominasi yang tidak ada pesaing dikhawatirkan berdampak buruk pada pelayanan. Secara teoritis betul, tapi ternyata tidak berlaku untuk perusahaan BUMN ini, PT Kereta Api Indonesia.

PT KAI berawal dari Perusahaan Jawatan Kereta api (PJKA). Mereka tidak sekadar berganti nama atau jargon. PT KAI ini merupakan perusahaan peninggalan kolonial Belanda. Dalam perjalanannya, di era 1970 - 1990, kereta api tidak memiliki pelayanan yang baik. Misalnya, ini bisa terlihat ketika momen Lebaran.

Sewaktu mahasiswa, saya pulang kuliah dari Yogyakarta ke Cilacap naik kereta. Penumpang bisa naik dari jendela, duduk “sembunyi” di toilet, pedagang masuk seenaknya, penumpang tidur di lorong gerbong, di bordes bisa merokok. Pada masa 2000 ke bawah itu termasuk transportasi darat yang sangat buruk, dengan laporan keuangan yang selalu merugi.

Sejak dipegang oleh Ignasius Jonan, 180 derajat PT KAI. Semua kereta api kelas ekonomi sampai eksekutif menggunakan penyejuk udara (air conditioner). Pada awal perubahan, malah AC rumah yang dipakai. Gerbong kereta api waktu itu memang masih banyak peninggalan era lama yang tidak terkonstruksi untuk menggunakan AC. Usaha menempelkan AC portabel itu bagus.

Gebrakan kedua adalah tidak adanya penumpang berdiri. Era digitalisasi juga dimanfaatkan dengan optimal sehingga tarif kereta api tergantung low season dan peak season seperti di pesawat. Kemudahan akses mirip dengan maskapai penerbangan yang menerapkan penjualan tiket melalui online.

GSC PT KAI
GSC PT KAI (Katadata | PT KAI)

Manajemen dari atas sampai bawah dan stake holder kereta api mau mengadakan perubahan. Apa saja dilakukan. Kondekturnya memakai jas yang mirip dengan pilot. Dia juga tidak melakukan kontrol tiket, yang dahulu penumpang akan diperiksa sekalipun sedang tertidur. Kini hanya menggunakan handphone.

Pramugari pun dikurangi agar gaji pegawai dapat maksimal. Mereka menjual makanan di dalam kereta api. Dari segi pelayanan, mungkin orang akan sedikit terhibur dengan pramugari ini yang menjajakan makanan secara berkeliling sehingga penumpang tidak perlu ke restorasi.

Selalu Berubah Menyesuaikan Tuntutan Pasar 

Perbaikan pun dilakukan ke gerbong kereta api. Hasilnya, tingkat kebisingan di dalam gerbong rendah, hampir tidak ada noise. Dasar-dasar manajemen yang diterapkan oleh Jonan, kini dilanjutkan penggantinya. Saya lihat tampilan fisik kereta api, karyawan, tenaga outsource mencerminkan kondisi keuangan PT KAI yang baik-baik saja.

Teori bahwa tiadanya persaingan akan membuat kondisi buruk kepada perusahaan tampaknya tidak berlaku bagi PT KAI. Berbeda dengan maskapai penerbangan milik BUMN, Merpati dan Garuda Indonesia.

Halaman:
Arista Atmadjati, SE.MM
Arista Atmadjati, SE.MM
Dosen International University Liaison Indonesia (IULI) Aviation Management. Chairman Aviation School AIAC

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...