Pamor Bank Digital dalam Perang Bunga dan Keamanan Data

Gabriel Wahyu Titiyoga
15 Juli 2022, 10:45
Pamor Moncer Bank Digital
Katadata

Hampir lima tahun aplikasi bank digital Jenius tertanam di telepon cerdas milik Alfiyah. Dia mengandalkannya untuk transaksi keuangan sehari-hari meski sudah mempunyai dua rekening bank konvensional. "Lebih praktis. Gratis biaya transaksi dan kalau perlu uang tunai bisa pakai ATM bank apa saja," kata pekerja swasta di Jakarta itu kepada Katadata, Sabtu (9/7).

Pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia sejak Maret 2020 juga membuat Alfiyah lebih sering memanfaatkan Jenius. Apalagi dia lebih sering bekerja di rumah setelah pemerintah membatasi mobilitas masyarakat untuk menekan penularan virus corona.

Urusan belanja makanan dan kebutuhan sehari-hari dilakukan secara daring. Dompet digitalnya pun lebih sering diisi dari Jenius. "Histori transaksi lebih jelas dibanding aplikasi bank konvensional," katanya.

Alfiyah mengenal Jenius lewat baliho di jalan-jalan dan media promosi di sejumlah pusat perbelanjaan pada 2016. Saat itu PT Bank BTPN Tbk gencar mempromosikan Jenius sebagai bank digital pertama di Indonesia. Namun dia tak tertarik menggunakannya karena merasa cukup dengan akun bank lamanya yang juga memiliki aplikasi.

Sikapnya berubah setelah dia mendapat cerita tentang Jenius dari temannya dan mencari tahu detailnya di internet. “Pas lihat booth Jenius di sebuah mal, saya iseng mendaftar dan cocok sampai sekarang,” ujar dia.

Seperti Alfiyah, Nindy awalnya tak ingin memakai aplikasi bank digital karena merasa tercukupi dengan rekening dua bank konvensionalnya. Apalagi salah satu rekening itu digunakan juga untuk pembayaran gaji dari kantornya. "Saya juga merasa insecure, bank digital tidak ada buku rekeningnya," katanya.

Nindy menjadi nasabah Jenius pada akhir 2018 karena tertarik dengan fitur e-wallet dan tabungan valas. Ditambah lagi ada bonus bebas biaya transfer online dan transaksi. Jenius menjadi andalannya untuk membayar kebutuhan sehari-hari. “Tabungan valas masih ada sampai sekarang," ujar pekerja swasta di Jakarta tersebut.

Sejak BTPN memperkenalkan aplikasi bank digital Jenius pada 2016, platform bank digital berkembang pesat di Indonesia. Menurut Otoritas Jasa Keuangan, bank digital adalah bank berbadan hukum Indonesia (BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha melalui saluran elektronik.

Bank digital hanya perlu memiliki satu kantor pusat. Ini berbeda dengan bank-bank konvensional yang memiliki banyak kantor cabang di berbagai wilayah.

Sejumlah bank digital yang dikelola bank konvensional juga kian berkibar. Pada 2017, Bank Bukopin meluncurkan aplikasi bank digital Wokee dan disusul oleh Digibank yang dirilis bank asal Singapura, DBS, pada tahun berikutnya.

Bank Permata pun meluncurkan aplikasi PermataME, sementara OCBC NISP merilis Nyala. Ada juga D-Bank dari Bank Danamon dan Blu Digital yang dikelola anak usaha Bank Central Asia, PT Bank Digital BCA.

Perusahaan teknologi juga berekspansi ke bisnis bank digital. Ada Bank Jago yang dikelola PT Bank Jago Tbk. dan menjadi bagian dari ekosistem digital Gojek. Sementara kolaborasi KEB Hana Bank dan Line melahirkan Line Bank dan PT Bank Seabank Indonesia mengelola Seabank yang berafiliasi dengan platform e-commerce Shopee. Pada awal 2022, PT Bank Aladin Syariah Tbk juga meluncurkan aplikasi bank digitalnya.

 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Nailul Huda, menyebutkan digitalisasi sektor perbankan dan keuangan semakin besar. Masyarakat, terutama kelompok milenial dan generasi Z yang lebih akrab dengan teknologi digital, adalah target strategis bank digital.

Kaum muda, menurut Nailul, juga mementingkan kepraktisan dalam urusan perbankan. Verifikasi pembuatan rekening cukup menggunakan video call dan kartu bank langsung dikirim ke rumah. Nasabah pun bisa mengambil uang di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bank apa pun. “Cuma butuh internet karena segala transaksi bisa lewat aplikasi,” kata Nailul, Selasa (21/6).

Dengan perkembangan teknologi dan literasi digital, pertumbuhan bank digital global juga menunjukkan tren positif. Hasil survei lembaga studi finansial Finder menunjukkan sekitar 28 % dari populasi dunia akan memiliki rekening bank digital dalam lima tahun ke depan. Jumlah ini naik dari rata-rata hanya 17 % pada 2021.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Video Pilihan
Loading...

Artikel Terkait