Advertisement
Advertisement
Analisis | Berbondong Jadi Petani saat Resesi Ekonomi - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Berbondong Jadi Petani saat Resesi Ekonomi

Foto: 123RF
Masyarakat beralih menjadi petani ketika terjadi krisis ekonomi. Pada masa Covid-19, pekerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat 2,8 juta orang per Agustus 2020.
Dimas Jarot Bayu
27 November 2020, 14.33
Button AI Summarize

Perekonomian terpuruk akibat pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepuluh dari 17 lapangan usaha tumbuh negatif pada kuartal III-2020. Yang paling terpuruk adalah transportasi dan pergudangan sebesar minus 16,70% (YoY). Disusul perdagangan, reparasi mobil dan motor yang terkontraksi 5,03% (YoY).

Kondisi tersebut membuat pelaku usaha mengambil langkah efisiensi. Salah satunya dengan mengurangi pegawai, seperti halnya dalam hasil survei World Economic Forum (WEF) pada Oktober lalu. Tercatat 41,7% perusahaan di Indonesia yang mengambil langkah tersebut.

Jumlah pengangguran pun meningkat. BPS mencatat 2,56 juta orang pengangguran baru per Agustus 2020. Lalu, 760 ribu orang bukan angkatan kerja menganggur dan 1,77 juta orang sementara tidak bekerja. Sehingga, total pengangguran menjadi 9,77 juta orang dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) 7,07%).  

Secara sektoral, industri pengolahan paling banyak mengurangi tenaga kerja dengan 1,72 juta orang. Disusul sektor kontruksi (610 ribu orang), jasa pendidikan (390 ribu orang), administrasi pemerintah (380 ribu orang), jasa keuangan (220 ribu orang), jasa perusahaan (140 ribu orang), dan pertambangan dan penggalian (80 ribu orang).

Sektor lain yang tercatat mengurangi pegawai adalah transportasi dan pergudangan sebanyak 70 ribu orang, pengadaan listrik dan gas (60 ribu orang), akomodasi dan makan/minum (20 ribu orang), pengadaan air (10 ribu orang), dan real estat (10 ribu orang).

Tak seluruh pekerja yang terdampak covid-19 patah arang mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Banyak dari mereka beralih profesi menjadi petani, pekebun, dan nelayan. Tercermin dari bertambahnya jumlah pekerja di sektor tersebut sebanyak 2,8 juta orang menjadi 38,2 juta orang.

Jumlah tersebut paling tinggi dibandingkan sektor lain yang juga mengalami peningkatan serapan tenaga kerja. Sektor perdagangan besar dan eceran yang berada di tempat kedua hanya menyerap 0,54 juta pekerja baru. Lalu, jasa kesehatan dan kegiatan sosial menyerap 0,03 juta pekerja baru. Sementara informasi dan komunikasi menyerap 0,01 juta pekerja baru.

Kecenderungan beralih profesi menjadi petani saat krisis bukan hal baru. Pada krisis moneter 1998, pekerja di sektor ini meningkat 4,6 juta orang. Pada krisis keuangan global 2008 juga meningkat, meskipun hanya 125.232 orang. Hal ini lantaran dampak krisis 2008 tersebut tak begitu parah ke Indonesia.

“Kalau setiap krisis, Indonesia itu selalu orang balik ke sektor pertanian,” kata Wamenkeu Suahasil Nazara dalam dialog virtual bersama Staf Menteri Keuangan Masyita Crystallin pada Kamis (18/6).

Suahasil menjelaskan, kecenderungan itu lantaran masyarakat yang bekerja di kota kembali ke desa ketika krisis ekonomi terjadi. Mereka pun kembali ke profesi lamanya sebagai petani. Menurutnya, sektor pertanian adalah “seperti safety net (jaring pengaman).”

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi