Advertisement
Advertisement
Analisis | Anak di Indonesia Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Anak di Indonesia Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Jumlah kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia lebih tinggi daripada Amerika Serikat dan India ,yang merupakan dua negara dengan total kasus positif tertinggi di dunia.
Dimas Jarot Bayu
31 Desember 2020, 10.30
Button AI Summarize

Lebih sembilan bulan Covid-19 menjadi pandemi di Indonesia. Bukan hanya orang dewasa yang menjadi korban keganasannya, tapi juga anak-anak. Sebuah hal yang membuktikan bahwa anak-anak tak kebal dari virus ini dan patut mendapat perlindungan.  

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per Minggu (27/12), kasus corona di Indonesia telah mencapai 713.365 orang. Dari jumlah tersebut, 2,7% merupakan anak-anak berusia 0-5 tahun dan 8,8% anak-anak berusia 6-18 tahun. 

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat anak yang terinfeksi Corona sebanyak 11,3% dari total kasus Covid-19 nasional per 1 Desember 2020.  

Sementara, jumlah kasus kematian akibat corona mencapai 21.237 orang. Dari jumlah tersebut, 0,9% merupakan anak berusia 0-5 tahun dan 1,7% anak-anak berusia 6-18 tahun.

Persentase kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia lebih rendah dari kelompok usia lain, tapi jumlah tersebut lebih tinggi dari Amerika Serikat dan India yang merupakan dua negara dengan total kasus Covid-19 tertinggi di dunia.  

Di Amerika Serikat, hanya 0,21% dari seluruh kasus kematian akibat corona merupakan anak-anak. Sementara di India, hanya 1% kasus kematian akibat corona merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun.

Ketua IDAI Aman Bhakti Pulungan menilai tingginya kasus kematian anak akibat Covid-19 lantaran terlambat terdeteksi. Sehingga, mereka datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi berat dan sulit tertolong.

Selama ini, menurut Aman, pemeriksaan corona yang langsung menyasar anak relatif rendah. Anak baru diperiksa kalau orang tuanya telah terbukti positif corona. “Jadi tidak ada, karena kalau misalnya anak batuk pilek kan tidak semuanya langsung diperiksa,” kata Aman beberapa waktu lalu, melansir VOA Indonesia.

Rendahnya pemeriksaan kondisi anak berkaitan pula dengan keterbatasan akses orangtua untuk mendeteksi dini Covid-19. Hasil survei Save The Children Indonesia mengungkapkan ada 34% orang tua tidak mendapatkan akses tes corona untuk anaknya selama pandemi.

Keterbatasan tersebut terjadi karena kekhawatiran terinfeksi corona (76%), adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) (47%), kesulitan biaya (20%), hingga minimnya persediaan obat-obatan atau karena layanan kesehatan tutup (6%).

Selain itu, sebanyak 38% orang tua kesulitan mengakses layanan pengobatan untuk anak. Sedangkan, 16% orang tua merasa tidak dapat mengakses layanan konsultasi langsung dengan dokter.

 

Hal serupa nampak dalam hasil survei Wahana Visi Indonesia  bahwa 54% rumah tangga di negeri ini tidak dapat mengakses layanan kesehatan ibu dan anak selama masa pandemi corona. Hanya 45% responden yang mengunjungi rumah sakit, jauh berkurang dari sebelum pandemi yang sebesar 79%.

Akses rumah tangga ke puskesmas atau klinik juga menurun dari sebelumnya 94% menjadi 64% selama masa pandemi corona. Rumah tangga yang mengakses klinik/praktik persalinan menurun dari 52% menjadi 37% saat pandemi corona.

Kemudian, rumah tangga yang mengakses klinik kesehatan keliling menurun dari 25% menjadi 16% selama masa pagebluk. Sedangkan, rumah tangga yang mengakses pusat pengobatan tradisional menurun dari 31% menjadi 22% pada saat ini.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi