Advertisement
Advertisement
Analisis | Rapor Ekonomi AS di Tangan Presiden Demokrat vs Republik - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Rapor Ekonomi AS di Tangan Presiden Demokrat vs Republik

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Rata-rata pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi ketika dipimpin oleh presiden dari Partai Demokrat. Naiknya Joe Biden sebagai presiden membawa angin segar bagi pemulihan ekonomi AS pasca-pandemi.
Author's Photo
9 Januari 2021, 10.50
Button AI Summarize

Pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menduduki Gedung Capitol pada Rabu (6/1) lalu dan berujung kerusuhan. Mereka menolak sidang Kongres AS yang hendak mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS.

Dalam Pilpres AS pada 30 November tahun lalu, Trump yang mewakili Partai Republik hanya mampu mengantongi 232 suara elektoral. Sementara itu, Biden dari Partai Demokrat mengantongi 306 suara elektoral.

Persaingan Trump dan Biden bukan yang tersengit dalam sejarah Pilpres AS, tapi salah satu yang terpanas. Sekaligus melanjutkan persaingan puluhan dekade antara Republik dan Demokrat sebagai duo grand party di AS.  Namun,  setiap presiden terpilih dari keduanya selalu memberi harapan baru bagi perekonomian AS. 

Kemenangan Biden membawa sentimen positif terhadap ekonomi AS yang tengah terpuruk akibat pandemi Covid-19. Hasil survei University of Michigan pada Desember 2020 menunjukkan keyakinan konsumen AS meningkat menjadi 81,4 poin dari 76,9 poin di bulan sebelumnya. 

Hal serupa terjadi ketika Trump terpilih pada 2016 lalu. Hasil survei CNBC saat itu mendapati kepercayaan masyarakat bahwa ekonomi AS akan lebih baik di tahun setelahnya melonjak 17 poin menjadi 42%. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak survei terakhir ketika Barack Obama pertama kali terpilih. 

Lantas, presiden dari Demokrat atau Republik yang lebih mampu memperbaiki ekonomi AS?

Demokrat dan Republik memiliki perbedaan arah kebijakan ekonomi. Mengutip The Balance, kebijakan ekonomi Demokrat fokus kepada keluarga berpendapatan rendah dan menengah.

Demokrat meyakini berkurangnya ketimpangan pendapatan adalah jalan terbaik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Mengingat, kalangan berpendapatan rendah akan menggunakan uangnya yang berdampak pada peningkatan konsumsi. Dengan begitu roda perekonomian berputar dan ekonomi terdongkrak.

Sebaliknya, kebijakan ekonomi Republik berfokus pada pebisnis dan investor besar. Perusahaan yang makmur akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi untuk semua orang. Iklim yang mendukung investor untuk membeli saham atau berinvestasi, kemudian bank yang menaikkan pinjaman bisnis berkaitan erat dengan paham ini.

Para pengusaha akan berinvestasi pada operasi dan mempekerjakan lebih banyak orang. Para pekerja lantas membelanjakan gajinya sehingga akan menggerakkan permintaan dan pertumbuhan ekonomi di saat bersamaan.

Beragam analisis menunjukkan presiden berlatarbelakang Demokrat mencetak rapor perekonomian yang lebih baik dibanding Republik. Salah satunya oleh Blinder dan Watson (2014) dari Biro Penelitian Ekonomi Nasional dengan judul “President and The U.S. Economy: An Econometric Exploration”.

Penelitian itu menunjukkan, sejak Perang Dunia II presiden AS dari Demokrat lebih mampu mengangkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Rata-rata pertumbuhan ekonomi di bawah Demokrat dapat mencapai 4,4%, sedangkan Republik hanya 2,5%.

Presiden dari Partai Demokrat rata-rata dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahunan hingga 5,2%. Tetapi jika tak menghitung masa depresi ekonomi dan mengeluarkan capaian kepemimpinan Presiden Roosevelt dan Hoover, maka Demokrat mencetak rata-rata 3,6% dan Republik sebesar 2,8%.

Kendati demikian, kinerja para presiden AS tentu akan lebih baik ketika tak mengalami resesi di masa kepemimpinannya. Seperti masa pemerintahan Presiden Lyndon B. Johnson (1963-1969) dan Bill Clinton (1993-2001) yang mampu menghindarkan AS dari resesi.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi