Indonesia telah memulai program vaksinasi Covid-19 pada Rabu (13/1) lalu. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama yang mendapat vaksin. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan 181,5 juta orang penduduk lainnya akan menerima vaksin hingga Maret 2022.
Pelaksanaan vaksinasi di Indonesia akan terbagi ke dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada Januari-April 2021 yang menyasar petugas kesehatan, petugas publik, dan penduduk lanjut usia. Gelombang kedua pada Apri 2021-Maret 2022 yang menyasar masyarakat sisanya.
Guna memuluskan proses tersebut, pemerintah telah menjalin kesepakatan pembelian vaksin Covid-19 dengan sejumlah produsen, termasuk Sinovac yang telah mendapat otorisasi penggunaan darurat dari BPOM. Berdasarkan data Sabtu (9/1), Indonesia secara total memesan 405,5 juta dosis vaksin Covid-19.
Proses vaksinasi berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan di bidang kesehatan yang telah meraup keuntungan selama pandemi Covid-19. Keuntungan tersebut khususnya berasal dari kerja sama dengan pemerintah.
Dalam mendistribusikan vaksin, pemerintah berencana bekerja sama dengan swasta. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pemerintah melakukannya karena proses distribusi ke daerah sulit.
“Distribusi ini membutuhkan jalur logistik dingin yang ternyata lebih kompleks dari kita duga,” ujar Budi, Senin (11/1) lalu.
PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melalui anak perusahaannya, PT Enseval Putra Megatrading Tbk (EPMT) mengulurkan tangan untuk ikut mendistribusikan vaksin Covid-19. Perusahaan tersebut memiliki 47 cabang dan dua pusat distribusi di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Cabang-cabang EPMT menunjukkan sarana distribusi rantai dingin yang memungkinkan untuk mengirimkan alat dan obat kesehatan, termasuk vaksin. Sarana tersebut mencakup kemasan, pergudangan, dan pengiriman yang berpedoman pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CODB). Sehingga EPMT sanggup mengantarkan vaksin Covid-19 yang perlu penyimpanan dalam keadaan 2-8 derajat celcius, seperti dikutip dari Bisnis.com.
Proses vaksinasi juga berpeluang meningkatkan permintaan jarum suntik lantaran setidaknya ada kebutuhan 181,5 juta jarum suntik. PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) yang memproduksi jarum suntik telah mengalami peningkatan pendapatan selama pandemi Covid-19. Pendapatan perusahaan ini sebesar Rp 550 miliar pada 2020, naik 95,2% dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2019, IRRA hanya mengumpulkan Rp 281,75 miliar yang naik 6,1% dari 2018 yang mendapatkan Rp 265,63 miliar.
Selama masa pandemi Covid-19 di Indonesia, IRRA kebanjiran pesanan dari pemerintah. Sepanjang tahun lalu, perusahaan tersebut mendapat kontrak pengadaan 600 ribu unit alat tes usap antigen Covid-19 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Lalu, mendapat pesanan 45 unit mesin plasma darah untuk Rumah Sakit Rujukan Covid-19 dan 111 juta unit jarum suntik dari Kemenkes.
“Kami optimistis baik produk nonelektromedik maupun produk invitro, seperti swab antigen, mesin plasma, dan USG masih akan tumbuh bagus. Kami juga memiliki produk baru yaitu Avimac yang akan mulai kami pasarkan tahun ini,” kata Direktur Utama IRRA Heru Firdausi Syarif.
Avimac adalah imunomodulator yang berguna menaikkan daya tahan tubuh. Harapannya produk yang telah diproduksi di Australia ini mampu mendukung penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Avimac sedang dalam proses uji klinis tahap tiga di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin Covid-19 juga akan diperdagangkan di Indonesia, antara lain Covax-19. Vaksin yang masih berada di uji coba fase pertama di Australia ini telah melakukan kesepakatan dengan PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA), seperti dilansir dari Bisnis. Nantinya Covax-19 akan dijual dan dibuat di Indonesia.
Terlepas dari proses vaksinasi nasional, pandemi juga membuat ekspor sarung tangan meningkat. PT Mark Dynamics Tbk. (MARK) adalah salah satu yang meraup untung dari hal ini. Pada kuartal III 2020, penjualan MARK meningkat 29,4% dibandingkan periode sama di 2019. Angkanya mencapai Rp 345,69 miliar.
Dari total nilai penjualan tersebut, ekspor menyumbang 86,8% atau setara Rp 299,99 miliar. Salah dua tujuan ekspor MARK adalah ke Hartalega NGC Sdn Bhd dan Hartalega Sdn Bhd dari Malaysia, serta Sri Trang Gloves Limited asal Thailand. Proses vaksinasi yang akan segera berlangsung di Malaysia, sangat mungkin kembali mendongkrak penjualan ekspor MARK tahun ini.
Vaksinasi Covid-19 memberi celah bagi sejumlah perusahaan untuk mengerek pendapatan. Meski hanya segelintir perusahaan yang merespons positif di tengah pelemahan ekonomi, pemerintah dan beragam emiten perlu memanfaatkan momentum ini. Dengan begitu, proses vaksinasi akan berjalan lancar dan membantu proses pemulihan ekonomi nasional.
Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi