Advertisement
Advertisement
Analisis | Menguji Kesiapan Pasar Mobil Listrik di Indonesia - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Menguji Kesiapan Pasar Mobil Listrik di Indonesia

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Infrastruktur pendukung mobil listrik di Indonesia masih terbatas. Jenis yang kini beredar di pasar juga masih sedikit dan mahal.
Andrea Lidwina
15 Februari 2021, 10.21
Button AI Summarize

Mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) mulai meramaikan pasar otomotif dalam negeri. Namun, Indonesia masih memiliki sejumlah hambatan untuk menjadi pasar mobil listrik. Khususnya dari sisi infrastruktur penunjang. 

Sepanjang 2020, menurut catatan GAIKINDO, 125 unit mobil listrik berhasil laku di pasar dalam negeri  dengan hampir 65% di antaranya berjenama Hyundai IONIQ electric.  Namun, angka penjualan tersebut masih jauh dari target pemerintah. Penggunaan BEV untuk transportasi jalan diharapkan mencapai dua juta unit pada 2030.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa pada November lalu mengatakan, adaptasi terhadap penggunaan mobil listrik di Indonesia menemui sejumlah kendala.

Pertama, harga mobil listrik lebih mahal dari mobil berbahan bakar minyak. Hyundai IONIQ Electric dibanderol mulai Rp 637 juta, sedangkan merek mobil lain yang ada di kelasnya, seperti Honda Civic, dijual di kisaran Rp 500 juta. Harga jual BEV milik BMW dan Lexus bahkan lebih dari Rp 1 miliar.

Kedua, ketersediaan stasiun pengisian atau charging station masih minim. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) sebanyak 93 unit di 66 lokasi hingga Desember 2020.

Sementara itu, jumlah stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) baru sembilan unit per awal November kemarin. Rinciannya, enam unit di Jakarta Selatan, dua unit di Tangerang Selatan, dan satu unit di Tangerang.

Ketiga, tipe mobil listrik terbatas. Jika melihat penjualan mobil listrik berbasis baterai pada tahun lalu, maka hanya ada empat jenis mobil listrik yang beredar di Indonesia. Pada tahun ini, Toyota berencana meluncurkan COMS untuk ecotourism di Bali, tetapi belum diketahui apakah mobil listrik ini akan dijual untuk umum.

Menurut Fabby, Indonesia punya peluang besar sebagai pasar mobil listrik. Angkanya sekitar 10-20% dari total penjualan mobil penumpang per tahun, yang rata-rata sebesar satu juta sampai 1,2 juta unit.

Untuk mengatasi seluruh kendala tersebut dan memaksimalkan peluang yang ada, Indonesia perlu belajar dari Tiongkok—pasar mobil listrik terbesar di dunia saat ini.

Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) bertajuk Global EV Outlook 2020, jumlah mobil listrik berbasis baterai di Negeri Tirai Bambu mencapai 2,6 juta unit atau setara dengan 54% dari total yang digunakan di dunia pada 2019.

Tiongkok pun memiliki infrastruktur yang baik untuk menopang penggunaan mobil listrik. Jumlah stasiun pengisian pribadi, seperti di rumah dan tempat kerja, tercatat sebanyak 2,4 juta pada 2019. Kemudian, ada 301,2 ribu stasiun pengisian dengan kecepatan lambat (slow charging) dan 214,7 ribu stasiun pengisian cepat (fast charging) di tempat-tempat publik pada tahun yang sama.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi