Advertisement
Advertisement
Analisis | Potret Kemiskinan di Indonesia Akibat Covid-19 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Potret Kemiskinan di Indonesia Akibat Covid-19

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Tingkat kemiskinan di Indonesia kembali naik hingga menembus dua digit per September 2020. Rasio gini pun meningkat. Sementara PDB per kapita menurun.
Dwi Hadya Jayani
22 Februari 2021, 10.55
Button AI Summarize

Tingkat kemiskinan di Indonesia kembali naik  hingga menembus dua digit selama pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatnya sebesar 10,19% per September 2020. Sebelumnya, pada 2015-2018, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil menekan tingkat kemiskinan menjadi satu digit.

Jumlah orang miskin di Indonesia per September 2020 sebanyak 27,5 juta. Angka tersebut meningkat 11% dari September 2019 yang sebanyak 24,8 juta orang miskin dan menjadi titik terendah dalam lima tahun terakhir.

Selama pandemi Covid-19, ketimpangan ekonomi Indonesia juga melebar. BPS mencatat rasio gini sebesar 0,385 per September 2020. Lebih tinggi 0,005 poin dari September 2019 yang 0,380. Koefisien rasio gini dihitung dalam skala 0-1. Angka 0 berarti kemerataan ekonomi sempurna, sebaliknya 1 menandakan ketimpangan sempurna.

Koefisien gini di bawah 0,3 berarti ketimpangan ekonomi rendah. Lalu, antara 0,3-0,5 masuk dalam kategori ketimpangan moderat. Sementara, di atas 0,5 berarti ketimpangan tinggi. Artinya, ketimpangan ekonomi di Indonesia saat ini masih berada dalam kategori moderat.

Produk domestik bruto (PDB) per kapita yang merupakan besaran pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara juga menurun. PDB per kapita Indonesia pada 2020 tercatat sebesar Rp 56,9 juta atau US$ 3.911,7. Angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 59,1 juta atau US$ 4.174,5.

Penurunan PDB per kapita ini berpotensi besar menurunkan kelas ekonomi Indonesia. Padahal, pada tahun sebelumnya, Bank Dunia menaikkan kelas Indonesia menjadi negara pendapatan menengah-atas.

Bank Dunia menggunakan metode atlas berdasarkan Gross National Income (GNI) per kapita. Nilai GNI per kapita untuk negara pendapatan menengah bawah berada dalam rentang US$ 1.036-4.045.

 

Ketiga indikator tersebut menunjukkan bahwa kemiskinan menjadi masalah yang kian serius di Indonesia saat ini. Menurut BPS, terdapat tiga penyebab utama kondisi tersebut.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi. BPS mencatat ekonomi Indonesia terus terkontraksi dari kuartal II sampai kuartal IV 2020. Pada kuartal IV 2020, tercatat ekonomi Indonesia minus 2,19% (YoY).

Penyebab ekonomi Indonesia terkontrasik sepanjang kuartal II sampai kuartal IV 2020, adalah anjloknya tingkat konsumsi rumah tangga. BPS mencatat sepanjang periode tersebut konsumsi rumah tangga selalu tumbuh negatif. Padahal, komponen ini adalah penyumbang terbesar PDB dari sisi pengeluaran yang mencapai lebih dari 50%.

Ekonomi Indonesia sepanjang 2020  pun tumbuh minus 2,07%. Angka itu adalah yang terendah setelah krisis moneter 1998.  

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi