Advertisement
Advertisement
Analisis | Demam Clubhouse dan Ceruk Bisnis Aplikasi Percakapan Audio - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Demam Clubhouse dan Ceruk Bisnis Aplikasi Percakapan Audio

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Pengguna aktif mingguan Clubhouse meningkat dari 1.500 saat diluncurkan pada April 2020 lalu menjadi dua juta saat ini. Aplikasi serupa bernama Discord pun mampu mencetak 100 juta pengguna dalam waktu empat tahun sejak diluncurkan.
Andrea Lidwina
27 Februari 2021, 10.40
Button AI Summarize

Demam aplikasi Clubhouse tengah melanda masyarakat di awal tahun ini. Pengguna aktif mingguan aplikasi berbasis audio-chat ini melonjak dari hanya 1.500 saat diluncurkan pada April 2020 lalu menjadi dua juta saat ini. 

Clubhouse memungkinkan penggunanya membuat ruang obrolan publik dan privat. Dalam ruang obrolan publik, pembuat ruang atau disebut sebagai moderator bisa mengundang pengguna lain untuk turut serta mendengar atau menjadi pembicara.

Jumlah peserta satu ruang obrolan di Clubhouse yang tak terbatas, memungkinkan sebanyak mungkin pengguna untuk turut berinteraksi di dalamnya. Pengguna pun tak perlu terlebih dulu berteman dengan pembuat ruang obrolan. Mereka bisa menemukan aneka ruang obrolan dalam pelbagai tema di linimasa.

Aktivitas di Clubhouse sepintas mirip podcast. Bedanya, seluruh obrolan di Clubhouse tak bisa direkam dan antar-pengguna bisa berinteraksi dua arah.

Namun, saat ini Clubhouse hanya tersedia untuk perangkat berbasis iOS seperti iPhone dan perangkat Apple lainnya. Seseorang calon pengguna pun harus terlebih dulu mendapat undangan dari pengguna lain yang telah lebih dulu terdaftar. Hal ini membuat aplikasi Clubhouse terkesan eksklusif.        

Basis audio-chat itulah yang menjadi daya tarik Clubhouse sehingga bisa meraih popularitas dalam waktu singkat. Hal ini lantaran, seperti pendapat pengajar Etika Terapan dan Keamanan Siber Griffith University David Tuffley dalam tulisannya di The Conversation, audio bisa terasa lebih hidup dibandingkan teks.  

“Media sosial berbasis teks sebenarnya bekerja baik-baik saja sejauh ini, tetapi suara adalah alternatif yang lebih pas untuk memenuhi kebutuhan (di tengah pandemi Covid-19) ini,” tulisnya.

Selain itu, menurut Tuffley, eksklusivitas Clubhouse membuatnya punya prestise tersendiri. Terlebih, banyak figur publik yang bergabung dan membuka ruang obrolan di aplikasi ini, seperti CEO Tesla Elon Musk dan CEO Facebook Mark Zuckerberg.

Di Indonesia, sejumlah politikus, mantan menteri, menteri, pebisnis, seniman, pakar, dan pesohor lain pun telah bergabung di Clubhouse. Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, ruang obrolan dalam pelbagai tema dengan pembicara orang-orang tersebut silih berganti bermunculan dalam sepekan terakhir.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, misalnya terlibat dalam ruang obrolan bertema “Event Ketika Pandemi?” bersama pendahulunya Wishnutama Kusubandio pada Rabu (17/2) lalu.

Pendiri KawalCovid-19, Ainun Najib bahkan memiliki ruang obrolan rutin bernama Mata Najib yang membahas rupa isu terkait pandemi Covid-19. Pembicara lain yang hadir dalam obrolan ini mulai dari epidemolog, dokter, hingga pejabat negara seperti Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Jumlah pendengar dalam kedua ruang obrolan tersebut mencapai ribuan orang pengguna. Sebuah hal yang menunjukkan luasnya jangkauan ruang obrolan di Clubhouse dan banyaknya pengguna di negeri ini.   

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi