Sejarah Pandemi dan Epidemi di Dunia yang Memicu Gejolak Politik
Dunia bukan sekarang saja bergejolak karena penyakit. Pandemi seperti virus Corona pernah menimpa umat manusia sebelumnya dan mengakibatkan kematian massal. Misalnya pandemi flu babi atau swine flu pada 2009 yang menewaskan hingga ratusan ribu orang di dunia.
Selain pandemi, manusia pun pernah tertimpa epidemi. Misalnya epidemi HIV pada 1980-an yang menimpa ratusan ribu orang termasuk vokalis Queen Freddy Mercury dan SARS pada 2003 yang menyebabkan 800 orang meninggal dunia di 34 negara.
Klasifikasi penyakit termasuk pandemi, endemi atau wabah berdasarkan luas wilayah yang terdampak dalam waktu tertentu. Jika sangat luas dan simultan penyebarannya, maka bisa disebut sebagai pandemi. Corona telah menyebar ke lebih dari 169 negara dunia dengan angka kematian menurut John Hopkins University and Medicine sampai 24 Maret 2020 sebanyak 17.241 jiwa. Di Indonesia sudah 686 kasus dengan 55 orang meninggal.
Virus Corona atau Covid-19 masih satu keluarga dengan SARS dan MERS. Namun, Corona paling cepat menyebar antar manusia. Data Reuters pada 1 Februari 2020 menyatakan, virus yang bermula dari Wuhan, Tiongkok ini menimpa 1000 orang dalam 48 hari pertama. Data selengkapnya perbandingan kecepatan penyebaran Corona, SARS dan MERS bisa dilihat dalam Databoks di bawah ini:
Akan tetapi, sejarah juga mencatat pandemi dan epidemi dapat membuat gejolak politik selain menciptakan kematian. Karena, seperti dikatakan Profesor Emeritus Bidang Sejarah Pengobatan Universitas Yale Frank M. Snowden dalam wawancaranya dengan The New Yorker, pandemi maupun endemi akan memengaruhi stabilitas struktur sosial dan ekonomi dalam masyarakat yang bisa berimbas pada gejolak politik.
Pandemi dan epidemi, kata Snowden, bukan kejadian acak yang menimpa umat manusia tanpa peringatan. Setiap masyarakat punya kelemahan dalam menghadapi penyakit. Untuk mengetahuinya, menurutnya penting mempelajari struktur sosial dan prioritas politik di dalam masyarakat tersebut.
Dalam kasus pandemi Corona, telah terlihat dampaknya secara sosial akibat kemerosotan ekonomi yang ditimbulkannya. Contohnya kegiatan panic buying dan ancaman pengangguran massal karena PHK.
Berikut adalah pandemi dan epidemi yang berimbas ke politik:
Flu Kuning
Flu kuning atau yellow fever adalah epidemi yang menurut History.com menimpa Amerika Serikat. Flu kuning pertama muncul di negara Paman Sam sekitar tahun 1690-an. Namun, penyakit ini baru menjadi endemi pada 1793 dan menewaskan lebih kurang 500 orang. Epidemi ini pun sampai ke Haiti pada 1800-an awal.
Penyebaran flu kuning melalui gigitan nyamuk seperti malaria dan demam berdarah. Gejala flu kuning adalah mengalami demam dan nyeri di tulang. Saat ini vaksin flu kuning telah ditemukan dan mudah didapatkan di pasaran. Oleh karena itu, penyakit ini sudah hampir tak menjangkiti manusia.
Dampak politik dari flu kuning, adalah kemerdekaan Haiti pada 14 Agustus 1804. Pemimpin pemberontakan budak Haiti Toussaint L’Ouverture, seperti dikatakan Snowden kepada The New Yorker, berhasil mengalahkan pasukan Napoleon Bonaparte yang ingin mengembalikan perbudakan di sana. Karena, pasukan Napoleon banyak terkena flu kuning sementara para budak kulit hitam memiliki imun tubuh lebih kuat dari mereka.
Dari sudut pandang Amerika Serikat, kata Snowden, flu kuning juga menguntungkan. Flu kuning membatalkan rencana Napoleon Bonaparte melanjutkan pendudukan Dunia Baru. Napoleon memutuskan menjual wilayah Louisiana kepada Thomas Jefferson pada 1803 dan membuat wilayah Amerika Serikat seluas sekarang. Kejadian ini dikenal sebagai Louisiana Purchase.