Musim PHK Maskapai Dunia Akibat Corona: Emirates hingga Singapore Air

Image title
22 April 2020, 21:57
PHK karyawan maskapai, imbas virus corona.
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Pekerja membongkar muat bagasi pesawat milik maskapai China Southern yang terparkir di apron Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (4/2/2020). Berbagai maskapai dunia mem-PHK karyawan imbas pandemi corona.

Sejumlah maskapai dunia akhirnya tak mampu menahan turbulensi ekonomi akibat pandemi corona. Mereka mem-PHK dan merumahkan sementara pegawainya. Kebijakan ini dilakukan demi memangkas ongkos produksi yang tak tertutup akibat pendapatan menurun signifikan.

Data OAG Aviation World Wide menyatakan tren kapasitas jadwal terbang secara global memang mengalami penurunan drastis dalam periode 6 Januari-23 Maret. Pada 3 Februari kapasitas jadwal terbang global lebih rendah 3,6% dibanding tahun sebelumnya di tanggal sama. Titik paling rendah dalam rentang waktu itu terjadi pada 23 Maret, yakni menurun 28,7% dibanding tanggal sama di 2019.

Tiongkok sebagai episentrum pertama penyebaran pandemi covid-19 mengalami penurunan kapasitas terendah dibanding negara lain. Pada 17 Februari mengalami penurunan sebesar 70,8% dibanding tanggal sama tahun sebelumnya.

Data lengkap penurunan kapasitas penerbangan dunia bisa dilihat dalam Databoks di bawah ini:

(Baca: Turbulensi Bisnis Penerbangan di Pusaran Pandemi Corona)

Penurunan tersebut lantaran negara-negara dunia menerapkan kebijakan larangan perjalanan keluar dan masuk. International Air Transport Association (IATA) mencatat lebih dari 100 negara dunia menerapkan kebijakan itu. Misalnya Amerika Serikat (AS) menerapkan larangan bepergian ke dan dari wilayah 26 negara anggota Schengen di Uni Eropa selama 30 hari mulai 11 Maret lalu. Uni Eropa juga menerapkan kebiijakan serupa, melarang anggota Schengen menerima dan melakukan penerbangan ke wilayah AS.

IATA pada 24 Maret memprediksi potensi kerugian maskapai global akibat kehilangan penumpang sebesar US$ 252 miliar sepanjang 2020. Kerugian ini disebut bisa membuat maskapai bangkrut, karena setidaknya butuh 7 bulan untuk memulihkan keuangan dengan stimulus fiskal pemerintah. Padahal sebuah maskapai hanya memiliki modal awal untuk dua bulan operasional setiap memulai tahun.

Berikut daftar maskapai yang memecat dan merumahkan sementara pegawainya:

Qantas Airline    

Maskapai berbendera Australia ini pada pertengahan Maret merumahkan paksa 2/3 dari 30.000 karyawannya. Hanya sebagian saja yang mendapat gaji selama dirumahkan karena keuangan perusahaan tak cukup. Kebijakan ini dilakukan setelah 150 pesawat mereka tak bisa terbang.

“Kami juga akan memangkas 60% penerbangan domestic,” kata CEO Qantas Alan Joyce, seperti dikutip New York Post, (19/3).   

FinnAir

Finnair, maskapai asal Finlandia, merumahkan sementara seluruh stafnya untuk jangka waktu 14-30 hari mulai awal April. Akibat kebijakan ini, 6.000 orang staf terdampak. Sebelum kebijakan ini dilakukan, dalam situs resmi mereka Finnair.com dikatakan penerbangan untuk tujuan Italia, Tiongkok dan negara terdampak corona lain telah ditiadakan.   

GoAIr

GoAir, seperti dilansir media IndiaToday, sejak 17 Maret lalu membatalkan seluruh penerbangan internasional. Maskapai bertarif rendah asal Mumbai ini pun memutus kontrak seluruh pilot ekspatriatnya yang berjumlah 70 orang pada 16 Maret. Maskapai ini telah membayar seluruh pesangon dan memfasilitasi kepulangan para pilot ke negara asalnya.

(Baca: Senat AS Dukung Trump Gelontorkan Stimulus Rp 32.000 T Hadapi Corona)

Air France

Pada 16 Maret, Air France merumahkan sementara 80% stafnya atau sekitar 40 ribu orang. CEO Air France Ben Smith dalam pernyataan resminya yang dilansir media aerotime.aero pada 17 Maret mengatakan, kebijakan ini dilakukan karena kapasitas terbang turun 90%. Maskapai ini juga memarkir semua pesawat jenis Airbus A380s dan KLM Boeing 747s.

Qatar Airways

Qatar Airways memecat 200 pegawainya yang berkebangsaan Filipina pada 19 Maret. Kabar ini disampaikan Atase Ketenagakerjaan Filipina di Qatar kepada BBC sehari setelah keputusan pemecatan. Namun, pihak Qatar Airways belum memberikan klarifikasi apapun terkait hal ini.

Air Canada

Air Canada merumahkan sementara 16.500 karyawannya. Terdiri dari 15.200 level pekerja dan 1300 level manajer. Termasuk sudah merumahkan 5.149 awak kabin. Keputusan ini diambil pada 30 maret.

"Ini adalah keputusan yang menyakitkan tapi kami butuh melakukannya," kata Chief Executive Callin Rovinescu dalam surat resminya.  

Rovinescu menyatakan keputusan ini dapat menghemat dana operasional sebesar US$ 500 juta. CEO dan CFO pun tak mengambil 100 persen gajinya. Air Canada tercatat mempunyai 36.000 pekerja di seluruh dunia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...