Langkah Bulog & Kementan Atasi Ancaman Defisit Pangan Saat Pandemi

Image title
18 Mei 2020, 15:10
Bulog dan Kementan sama-sama akan memastikan distribusi pangan merata di 34 provinsi Indonesia.
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/wsj.
Ilustrasi panen padi. Bulog dan Kementan sama-sama akan memastikan distribusi pangan merata di 34 provinsi Indonesia. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/wsj.

Selama masa pandemi virus corona, setidaknya dua kali Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengingatkan tentang bahaya defisit pangan di Indonesia. Peringatan pertama disampaikannya pada pertangahan April.  

Dalam peringatan pertama itu, Jokowi mengutip Badan Pangan dan Pertanian PBB yang mengisyaratkan bahaya krisis pangan dunia. Ia pun meminta kepada seluruh kepala daerah untuk memastikan ketersediaan pangan di wilayahnya.

Advertisement

Peringatan kedua diungkapkan Jokowi pada 28 April. Ia mengungkapkan bahan pokok defisit di banyak provinsi. Rinciannya, stok beras defisit di 7 provinsi, jagung defisit di 11 provinsi, cabai besar defisit di 23 provinsi, dan stok cabai rawit defisit di 19 provinsi.  

“Stok bawang merah diperkirakan juga defisit di satu provinsi dan stok telur ayam defisit di 22 provinsi,” imbuh Jokowi.

Selain itu, Jokowi juga mengungkap stok gula pasir juga diperkirakan defisit di 30 provinsi. Kemudian stok bawang putih juga diperkirakan defisit di 31 provinsi. Hanya stok minyak goreng yang diperkirakan cukup untuk 34 provinsi.

“Oleh sebab itu transportasi distribusi pangan antar provinisi, antar wilayah, antar pulai tidak boleh terganggu,” kata Jokowi.

(Baca: Bulog Bakal Serap 650 ribu ton Beras dari Panen Raya hingga Juni 2020)

Kemungkinan defisit pangan memang sudah terlihat sejak 3 April. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Wahyu saat itu menyatakan panen masa tanam pertama (MT1) pada April tak mendapat hasil maksimal. Penyebabnya keterlambatan musim tanam karena iklim cuaca yang kurang mendukung serta meningkatnya gangguan hama, seperti tikus. Penurunan mencapai 50%.

Di sisi lain, impor untuk memenuhi sisa kebutuhan sulit dilakukan lantaran arus pasok global terdampak pembatasan sosial di sejumlah negara. Negara pengekspor beras pun membatasi ekspornya, seperti Vietnam yang memfokuskan produksi berasnya untuk kebutuhan di dalam negeri. Sementara Thailand menaikkah harga ekspornya nyaris 100%.

Padahal data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada 2018 Indonesia mengimpor 767,2 ribu ton beras Vietnam. Menjadikan Vietnam sebagai pengekspor beras terbesar kedua ke negeri ini setelah Thailand yang mengekspor 795,6 ribu ton. Di tahun itu, total impor beras Indonesia sebanyak 2,2 juta ton.

(Baca: Krisis Pangan Dunia Menghantui Indonesia)

Langkah-Langkah Bulog

Menyikapi ancaman defisit pangan ini, Perum Bulog telah menyiapak sejumlah langkah untuk mengatasinya. Direktur Operasional Bulog, Tri Wahyu Saleh menyatakan, Bulog telah mendistribusikan beras ke daerah-daerah yang dikhawatirkan mengalami defisit.

“Dalam waktu dekat, hanya dua hari setelah dipublikasikan ada tujuan daerah yang defisit sudah kami laksanakan. Alhamdulillah saat ini sudah tersedia semua,” kata Wahyu dalam konferensi Video, Minggu (17/5).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement