Seberapa Ampuh Gaji ke-13 ASN Memacu Konsumsi saat Pandemi Covid-19?

Image title
3 Agustus 2020, 21:21
Ilustrasi ASN. Ekonom berbeda pendapat soal upaya mengerek konsumsi melalui pencairan gaji ke13 ASN.
ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/pras.
Ilustrasi ASN. Ekonom berbeda pendapat soal upaya mengerek konsumsi melalui pencairan gaji ke13 ASN.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) segera mencairkan gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Agustus. Kebijakan ini bertujuan menggenjot konsumsi masyarakat yang turun selama pandemi virus corona. Namun, ekonom berbeda pandangan terkait upaya ini.

Rencana pencairan gaji ke-13 ASN pada Agustus disampaikan Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto kepada Katadata.co.id, Minggu (2/8). Tepatnya ia menyatakan, “sebelum pertengahan Agustus, kalau bisa lebih cepat lagi.”

Advertisement

Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar 28,5 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kebijakan ini yang akan diberikan kepada 4,1 juta ASN. Rincian penerimanya, tenaga administrator atau eselon 3 sebanyak 101.149 orang, dan tenaga pengawas atau eselon IV mencapai 327.915 orang.

Lalu, diberikan juga kepada eselon V sebanyak 14.989 orang, jabatan fungsional umum sebanyak 1,6 juta orang, dan jabatan fungsional teknis yang jumlahnya mencapai 2,1 juta orang.

Sementara pernyataan pencairan gaji ke-13 ASN untuk meningkatkan konsumsi keluar dari Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah diskusi daring pada 21 Juli lalu. Ia menyatakan, “pemerintah anggap pelaksanaan gaji ke-13 sama seperti THR bisa dilakukan untuk menjadi bagian dari stimulus ekonomi atau mendukung kemampuan masyarakat dalam lakukan kegiatan-kegiatannya, terutama terkait tahun ajaran baru.”

Hal ini, kata Sri Mulyani, lantaran selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), ekonomi masyarakat paling bawah tertekan. Sehingga, pencairan gaji ke-13 dan pensiunan bisa menjaga daya beli atau tingkat konsumsi rumah tangga.

Bisa Menggerakkan Usaha

Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad menyepakati pendapat Sri Mulyani. Ia pun berpendapat pencairan gaji ke-13 bisa menggerakkan usaha yang selama ini macet karena pandemi virus corona.

“Konsumsinya yang akan meningkat non-makanan dan UMKM, yang non-UMKM akan bergerak,” katanya, melansir Detik.com.

Tauhi menjelaskan, hal itu bisa terjadi lantaran pencairan gaji ke-13 akan melengkapi stimulus perlindungan sosial demi menjaga konsumsi masyarakat yang telah dikeluarkan pemerintah. Total anggaran pemerintah untuk stimulus ini senilai Rp 203,09 triliun.

Program-program perlindungan sosial pemerintah antara lain, program keluarga harapan (PKH), kartu sembaki, bansos sembako Jabodetabek, bansos tunai non-Jabodetabek, kartu prakerja, dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa.

“Kita berharap itu dilakukan dan bisa mendorong UMKM tingkat lokal bekerja,” kata Tauhid.

Senada dengannya, Peneliti CSIS Fajar B. Hirawan menilai pencairan gaji ke-13 memang diperlukan. Dengan begitu konsumsi rumah tangga akan meningkat dan bisa mempercepat pemulihan ekonomi. Terlebih sasaran kebijakan ini adalah pejabat eselon III ke bawah yang jumlahnya lebih besar.

“Gaji ke-13 dapat membantu menjaga stabilitas daya beli mereka, yang pada akhirnya mampu menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga,” kata Fajar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement