Peneliti: Vaksin Bukan Solusi Tunggal Kendalikan Pandemi Covid-19

Image title
22 Agustus 2020, 16:47
Ilustrasi. Tes massal dinilai sebagai hal penting untuk melakukan pelacakan dan memutus penyebaran Covid-19.
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.
Ilustrasi. Tes massal dinilai sebagai hal penting untuk melakukan pelacakan dan memutus penyebaran Covid-19.

Vaksin dinilai bukan solusi tunggal dalam pengendalian pandemi Covid-19. Sebaliknya, tes adalah hal penting yang bisa dilakukan saat ini untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. 

Pendapat ini disampaikan Praktisi dan Peneliti Pandemi Dicky Budiman. Alasannya 50% dari hasil uji klinis vaksin bisa tidak mendapatkan hasil sama sekali. Namun, melalui tes pemerintah bisa melacak keberadaan kasus Covid-19 dan mencegah penyebarannya.  

"Kapasitas testing harus diperbesar, kalau tidak ini akan menjadi bom waktu karena orang yang membawa virus ini akhirnya akan pada kelompok paling rawan," ujar dia dalam webinar secara virtual, Sabtu (22/8).

Lebih lanjut, epidemolog dari Griffith University Australia ini, juga menilai rendahnya kapasitas jumlah tes Covid-19 di Indonesia lantaran desentralisasi penanganan Covid-19 belum masksimal. Ia menilai seharusnya kepala daerah juga harus memilki sense of crisis atau kepekaan dalam menangani pandemi virus corona.

"Presiden ingatkan ini ke kepala daerah. Tampaknya ini harus terus diingatkan," katanya.

Meski demikian, dirinya tetap mengapresiasi langkah Pemerintah yang menjalin kerja sama bilateral terkait keputusan impor vaksin. Termutakhir pemerintah menandatangani perjanjian impor 50 juta dosis calon vaksin Covid-19 dari Sinovac, Tiongkok.

Dicky pun menyarankan agar Pemerintah dapat melakukan kerja sama tak hanya dengan satu produsen saja. Pasalnya, hal ini untuk mengantisipasi apabila calon vaksin dari satu produsen ternyata belum membuahkan hasil.

"Kritik, ini gak bisa satu. Ini kan 50:50. Intinya tidak menguntungkan kita kalau hanya satu pihak. Misal bisa ke UK, atau negara lain. Kita kan gak bisa menjamin garansi," ujarnya.

Usulan kepada pemerintah untuk menggalakkan tes juga disampaikan Ketua Satgas Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban, Jumat (21/8). Menurutnya jumlah tes yang dilakukan pemerintah mencapai 20 ribu per hari belum cukup. Semestinya mencapai 50 ribu per hari per satu juta penduduk. 

Indonesia, kata Zubairi, pun masih teringgal dari negara lain dalam melakukan tes. Misalnya dari Amerika Serikat yang melakukan 200 ribu tes per hari per satu juta penduduk. 

"Brazil dan India juga banyak, lebih dari 60 ribu," katanya dalam webinar Katadata x KawalCovid-19. 

Sementara ini, hanya DKI Jakarta yang telah memenuhi standar minimal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan satu tes per seribu penduduk per minggu. Data WHO menyatakan, rasio tes di Ibu Kota pada periode 3-9 Agustus telah mencapai 4,3 per seribu penduduk per minggu. 

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...