Tren Perbaikan Daya Tarik Investasi Migas Sudah On Track

Yura Syahrul
16 Mei 2018, 18:01
Yanto Sianipar
Ilustrator: Betaria Sarulina; Foto: Donang Wahyu

Selama 94 tahun hadir dan beroperasi di Indonesia, Chevron sudah menjalani banyak perubahan rezim dan kebijakan pemerintah. Meski mengalami pasang surut dalam berusaha, perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat (AS) tersebut tetap berkomitmen menanamkan investasinya di negara ini.

Saat ini, Chevron Indonesia sedang fokus menggarap dua proyek dengan nilai investasi yang besar: Blok Rokan dan Indonesia Deepwater Development (IDD) di Selat Makassar. “Ini jadi peluang sangat besar bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan (migas) di masa datang,” kata Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government and Public Affairs Chevron Indonesia, dalam wawancara khusus dengan Desi Djayanti dari Katadata.co.id, disela-sela acara Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) ke-42 di Jakarta, Kamis (3/5).

Selain membahas rencana investasi Chevron ke depan, Yanto juga memberikan penilaian mengenai iklim investasi dan berbagai kebijakan pemerintah di bidang hulu migas. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana Chevron melihat potensi dan daya saing sektor hulu migas di Indonesia saat ini?

Saya sedikit mengulas Chevron (selama) 94 tahun di Indonesia. Kami sudah mengalami naik-turunnya industri migas dan kami juga mengalami harga yang rendah pada saat krisis ekonomi. Kami melihat bahwa industri migas sampai sekarang bisa bertahan karena kemitraan yang sangat baik antara pemerintah dan para kontraktor migas. Memang di sana-sini ada beberapa yang kita perlu (berbicara) panjang lebar untuk mendapatkan keserasian, namun pada intinya proyek-proyek kami bisa berjalan apabila proyek itu ekonomis, membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.

Jadi, kalau bagi kami yang terpenting adalah bagaimana membuat proyek-proyek yang sudah disiapkan untuk eksploitasi sumber daya migas ini bisa ekonomis dan lebih cepat.

Seperti apa kondisinya sekarang?

Sebenarnya kalau kita melihat industri migas itu harus lihat dari bawah tanahnya sampai kepada distribusinya. Bawah tanahnya sendiri kan tantangannya makin berat. Mungkin zamannya era keemasan migas itu dikatakan “easy oil”, gampang sekali (eksploitasinya). Bukan gampang sekali tapi relatif sangat mudah. Lalu pada saat sekarang, semakin sulit, semakin sulit. Seharusnya kita juga menyesuaikan peraturan-peraturan pendukung (agar) bisa dikelolanya atau bisa diambil sumber daya migas tersebut. Itu mungkin pendapat kami mengenai investasi migas saat ini.

Tapi potensinya sendiri sebetulnya masih sangat besar?

Ini juga pertanyaan bagus, karena potensi migas kita itu tidak sebesar negara-negara raksasa seperti Arab Saudi, Venezuela, Amerika Serikat, Rusia. Jadi, tantangannya itu bagaimana mencari cadangan-cadangan baru. Karena itu eksplorasi menjadi lebih penting. Kalau mengandalkan basin-basin yang sudah ada saja, itu tidak banyak. Jadi kita perlu aktifkan (eksplorasi). Tadi Pak Amien (Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi—redaksi) sangat baik mengatakan SKK Migas sangat mengharapkan kegiatan eksplorasi semakin meningkat. Karena masih banyak basin yang belum dieksplorasi.

Apa saja proyek yang menjadi fokus Chevron di Indonesia saat ini?

Mungkin bisa dibagi dua fokusnya Chevron. Pertama, kami punya (proyek) eksisting Rokan Block yang cukup besar, yang terbesar justru di Indonesia. Fokus kami membuat Rokan Block tersebut menjadi blok yang berproduksi maksimum dengan usaha-usaha proyek-proyek kami. Untuk pengeboran-pengeboran infield maupun penerapan teknologi-teknologi yang cocok untuk blok tersebut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...