Pandemi yang Memicu Inovasi Inklusif

Fajri Siregar
Oleh Fajri Siregar - Tim Publikasi Katadata
16 April 2020, 21:05
Fajri Siregar
Katadata
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo

Saat ini, hampir semua diskusi yang sifatnya publik menempatkan Covid-19 sebagai objek utama. Memaksa orang-orang untuk memikirkan keselamatan dan kesehatannya. Tidak sedikit pula muncul opini yang mengangkat kesalahan sistem pembangunan dan globalisasi sebagai pemicu lain dari wabah ini.

Banyaknya pertimbangan mengenai pertumbuhan ekonomi daripada kemaslahatan masyarakat adalah kritik yang paling sering terlontar. Oleh karenanya, setelah semua ini usai, kita perlu berpikir bagaimana menjalani keseharian yang lebih tertata dan arif serta selaras dengan kebutuhan lingkungan dan alam. Lebih tertata. Dua kata kunci ini utamanya perlu diperhatikan oleh para pengambil kebijakan di Indonesia.

Advertisement

Pasca membaiknya penanganan krisis bisa dijadikan momentum untuk mengoreksi praktik pembangunan yang terlalu fokus pada pembangunan ekonomi. Begitupun pembahasan tentang inovasi yang selama ini terlampau dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi. Diperlukan pergeseran ke arah inovasi inklusif yang menekankan pada pendekatan lintas disiplin untuk mengatasi tantangan aktual yang secara langsung dihadapi masyarakat. Pentingnya pendekatan inovasi inklusif ini saya coba uraikan ke dalam tiga dimensi temporal untuk mengilustrasikan urgensinya.

Dalam dimensi jangka pendek atau yang paling mendesak, pendekatan lintas disiplin harus terintegrasi dalam penanganan wabah Covid-19 itu sendiri. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan perspektif sosiologis ke dalam pertanyaan-pertanyaan teknis penanganan wabah ini.

Beberapa pekan silam, Panel Sosial untuk Kebencanaan yang beranggotakan peneliti dari Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPSK-LIPI), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Jurnalis Bencana dan Krisis (JBK) Indonesia, menyusun studi kilat mengenai aspek privasi dan perlindungan data terkait informasi pasien Covid-19. Studi tersebut digunakan sebagai dasar untuk keputusan pemerintah dalam menangani dan mempublikasikan data pasien dan korban pandemi.

Ini contoh kecil tentang bagaimana pentingnya landasan pengambilan keputusan pada situasi darurat dan data yang berbasis riset sosial tentang perilaku dan persepsi masyarakat. Adapun pada level global, para ilmuwan sudah menyusun survei internasional mengenai persepsi terhadap virus Corona.

Ketika berbicara data, korban Covid-19 di Indonesia seharusnya juga bisa ditelaah berdasarkan bagaimana ia tertular, bukan hanya ‘dari mana’ ia tertular. Sebagaimana diketahui, ada beberapa pasien yang terjangkit karena tidak menghindari pertemuan yang sifatnya massal. Pelajaran mengenai pola penyebaran virus ini tidak hanya penting bagi ahli kesehatan, tetapi juga bagi ilmuwan sosial. Begitupun terkait dokumentasi peristiwa yang penting untuk para sejarawan.

Dalam dimensi jangka menengah, kita bisa membahas pentingnya riset sosial humaniora dalam konteks pemindahan ibu kota. Sejauh ini, sebagian besar diskusi mengenai pemindahan ibu kota hanya berkutat seputar aspek teknis. Contohnya, masalah pembebasan dan kepemilikan lahan, biaya dan waktu pembangunan, desain, hingga nama ibu kota baru itu sendiri.

Halaman:
Fajri Siregar
Fajri Siregar
Kandidat PhD University of Amsterdam

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement