Perhutanan Sosial Solusi Keluar dari Krisis Pangan Selama Pandemi

Arie Mega Prastiwi
Oleh Arie Mega Prastiwi - Tim Riset dan Publikasi
13 Oktober 2020, 15:02
hutan
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tapi multie-efek mulai ekonomi hingga krisis pangan. Sebelumnya, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia [FAO] sudah mewanti-wanti pandemi dapat memunculkan krisis pangan baru.  Hingga kini, belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir. Sejumlah mitigasi diterapkan agar penyebaran virus tak meluas. Antara lain, dengan melakukan pebatasan sosial skala besar atau PSBB.

Salah satu yang menerapkan PSBB dengan menutup akses dari luar adalah masyarakat adat Sungai Utik yang telah menutup kampung sejak pertengahan Maret 2020. Tak ada kunjungan kecuali yang berizin dan seluruh aktivitas sepenuhnya terjadi dalam kampung. Namun, hal itu tak jadi masalah bagi mereka, karena tradisi dan kearifian lokal masyarakat adat itu telah membuat keseimbangan antara manusia dan alam.

Advertisement

Herkulanus Sutumo Manna, warga Sungai Utik, mengungkapkan bahwa sejak pertengahan Maret 2020, masyarakat adat Dayak Iban itu menutup kampung dan kehidupan berjalan seperti hari-hari biasa.  Kehidupan dalam kampung berjalan normal. Tak ada kekhawatiran karena pangan ada dan tersedia di dalam kampung.

”Berapa lama pun kampung ditutup kami mampu bertahan, karena ada padi, sayur, buah dan hutan yang telah menyediakan berbagai kebutuhan dasar,” kata Herkulanus atau biasa dipanggil Tomo kepada tim riset Katadata.

Bagi Tomo, mitigasi bencana ini diajarkan oleh para leluhur mereka. Warga telah terbiasa  bahwa dalam kondisi terburuk, mereka bisa bertahan. Apalagi baru saja Masyarakat Dayak Iban Sungai Utik ini baru saja menerima pengesahan Hutan Adat beberapa waktu lalu. Ini memperkuat alasan bahwa masyarakat adat lewat skema Hutan Adat Perhutanan Sosial dengan kearifan lokal mampu menjaga ketahanan pangan di saat pandemi.

Memaksimalkan program Perhutanan Sosial dalam merespons pandemi dinilai mampu mengurangi krisis pangan. Hal itu dikatakan oleh Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK, Bambang Supriyanto.

“Masyarakat  harus mampu memanfaatkan program perhutanan sosial dengan mengembangkan komoditas pangan, obat-obatan berkualitas, serta energi sehingga kebutuhan pangan nasional terpenuhi,” kata Bambang dalam webinar ‘Pengembangan Perhutanan Sosial Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat’ pada Juli 2020,yang diselenggarakan Universitas Lampung seperti dikutip dari Mongabay.

Produk hasil hutan pun bisa menjadi persediaan pangan masyarakat, sebut saja umbut rotan, umbi-umbian, satwa, madu, dan buah-buahan. Bahkan, ada yang dijadikan komoditas ekspor, seperti porang.

“Hutan juga menyediakan produk herbal, seperti pasak bumi yang bermanfaat menjaga stamina sehingga tetap bugar,” ujarnya.

Solusi tepat pengelolaan perhutanan sosial, guna mencapai ketersediaan pangan adalah dengan cara agroforestry atau wanatani. Wanatani merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang mampu mengoptimalkan penggunaan lahan, kombinasi pepohonan dengan tanaman pertanian atau hewan ternak.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement