Tekan Impor dan Promosikan Ekspor Demi Ketahanan Pangan

Dini Hariyanti
Oleh Dini Hariyanti - Tim Riset dan Publikasi
24 November 2020, 16:58
ekspor
Katadata

Kalangan pengusaha berpendapat, guna mencapai ketahanan pangan jangan sebatas mengejar substitusi impor. Promosi atas komoditas ekspor nasional juga harus ditingkatkan. Artinya, tak bisa hanya mengandalkan salah satu melainkan menjalankan keduanya secara berkelanjutan.

Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia Bayu Krisnamurthi mengatakan, apabila yang dipacu hanya salah satu khususnya substitusi impor maka pemanfaatan sejumlah perjanjian perdagangan global yang sudah disepakati pemerintah menjadi tidak maksimal.

Advertisement

Dia mencontohkan perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di antara sepuluh negara ASEAN dengan lima negara mitra. RCEP menjadi kurang bermanfaat jika Indonesia hanya fokus pada strategi bertahan dengan cara subsitusi impor saja.

“Dengan menyepakati RCEP maka kita masuk dalam masyarakat dunia yang berada di dalam koridor ini. Perjanjian dagang ini potensinya besar, tetapi jika tidak dimanfaatkan dengan mendorong promosi ekspor, maka tidak akan terjadi apa-apa,” ujar Bayu dalam Jakarta Food Security Summit (JFSS) ke-5 yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Jakarta, Kamis (19/11/2020).

Kadin menilai, perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat pandemi Covid-19 memunculkan tantangan terhadap perekonomian nasional. Kondisi ini mendorong pelaku usaha mengambil sejumlah langkah dan strategi yang lebih tepat, termasuk mencari peluang pasar dagang baru.

Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani menjelaskan, pengusaha membutuhkan dorongan lebih agar semakin berorientasi kepada ekspor. “Agar tidak hanya fokus memenuhi kebutuhan domestik saja,” ujarnya.

Mengutip Kadin.id, Badan Perdagangan Dunia (WTO) memproyeksikan volume perdagangan dunia akan turun sebesar 9,2 persen pada 2020. Volume perdagangan global ada kemungkinan baru bisa pulih pada akhir 2021 dengan pertumbuhan sekitar 7,2 persen. Seiring dengan anjloknya transaksi perdagangan dunia, WTO memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan minus 4,8 persen dan diprediksi kembali tumbuh 4,9 persen pada 2021. 

Shinta menyatakan, peluang ekspor ke negara-negara mitra dagang Indonesia tetap terbuka kendati dunia sedang terpukul pandemi Covid-19. Tapi diakuinya bahwa hambatan dagang tarif dan nontarif terus menjadi tantangan tersendiri bagi komoditas ekspor utama Indonesia, terutama minyak kelapa sawit mentah, karet, dan produk perikanan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Video Pilihan
Loading...
Advertisement

Artikel Terkait