Cerita Penyintas, COVID-19 Nyata dan Bukan Konspirasi

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
14 Desember 2020, 05:00
Abi Satria penyintas COVID-19 menjadi pembicara dalam acara dialog produktif bertema Vaksin Datang, Tetap Disiplin 3M di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2020. 
DOK. KPCPEN
Katadata
Abi Satria penyintas COVID-19 menjadi pembicara dalam acara dialog produktif bertema Vaksin Datang, Tetap Disiplin 3M di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2020. DOK. KPCPEN

JAKARTA - Abi Satria tidak pernah membayangkan harus menjalani hari demi hari sebagai pasien COVID-19. Setelah menjalani perawatan selama dua pekan di RSD Wisma Atlet, Abi mendapat banyak pengalaman dan hikmahL: harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan patuh menjalankan 3M. Sebab virus Corona bisa ada di mana saja dan mampu menyerang setiap orang.

Abi Satria menceritakan pengalamannya tersebut dalam Dialog Produktif yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN). Dialog kali ini mengangkat tema ‘Vaksin Datang, Tetap Disiplin 3M’ dihelat pada Kamis (10/12) bertempat di Media Center KPCPEN.

Advertisement

Sebelumnya, Abi yakin tidak mungkin akan tertular COVID-19 karena masih muda, usia 26 tahun. Dia merasa kondisi tubuhnya sehat dan baik-baik saja. Tapi ternyata virus tak pandang bulu. Ketika suatu hari kondisi tubuhnya sedang tidak fit dan tak patuh menjalankan protokol kesehatan, Abi terkena flu.

“Gejala awal yang terasa pilek, demam, rasa radang tapi bukan radang, dan kepala berat. Kemungkinan saya tertular saat kondisi tubuh sedang lelah, kurang tidur sehingga imunitas menjadi rendah,” ujarnya.

Setelah memeriksakan diri dan kemudian divonis positif COVID-19, Abi dirawat selama dua minggu di Wisma Atlet Jakarta. Pada hari keenam dan ketujuh masa perawatan, dia merasa demam dan badannya menggigil kedinginan. “Rasanya menakutkan meskipun tidak sampai pada tahap harus memakai ventilator,” katanya.

Setelah dinyatakan negatif pun, Abi mengaku mentalnya sempat jatuh (down). “Takut untuk keluar dan muncul di hadapan banyak orang,” katanya. Berdasarkan konsultasi dengan ahli, ternyata mental jatuh menjadi salah satu dampak psikologis setelah terpapar COVID-19. “Banyak penderita tidak hanya terkena fisiknya, tapi juga mentalnya,” ujarnya melanjutkan.

Berkaca dari pengalamannya ini, Abi berpesan agar jangan egois karena tidak ada seorang pun yang bisa mengetahui kapan bisa tertular  atau menularkannya. “Selalu patuhi protokol kesehatan 3M. COVID-19 itu benar ada dan nyata, bukan konspirasi,” kata dia,“jangan menunggu sampai diri sendiri atau keluarga terkena baru percaya bahwa COVID-19 itu ada.”

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement