Waspadai Tekanan Mental Saat Ramadan di Rumah Saja

Dini Hariyanti
Oleh Dini Hariyanti - Tim Riset dan Publikasi
1 April 2021, 13:45
SUPERMOON-SIGHTING/JORDAN
ANTARA FOTO/REUTERS/Muhammad Hamed/wsj/dj

Ramadan dua tahun terakhir berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih banyak menjalani keseharian di rumah. Masjid yang biasanya begitu hidup saat bulan puasa, sejak tahun lalu justru sebaliknya. Ya, pandemi virus corona mengharuskan kita menghindari kerumunan.

Sejauh ini, pandemi belum usai. Covid-19 tetap berisiko menjangkiti siapa saja yang abai terhadap protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun). Oleh karena itu, poros ibadah masyarakat selama Ramadan dialihkan ke rumah masing-masing karena perlu mengurangi kerumunan massa.

Secara ringkas ada tips dari WHO untuk menjalankan Ramadan di tengah pandemi Covid-19, antara lain meniadakan aktivitas berkumpul di masjid sementara waktu, beradaptasi dengan budaya dan keseharian yang baru, menjaga kebersihan di fasilitas umum, termasuk tempat ibadah, beribadah dan beraktivitas di rumah saja, serta menjaga kondisi mental dan interaksi harmonis keluarga.

Di Indonesia, pemerintah sempat memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga sekarang menjadi PPKM Mikro. Dua model pembatasan tersebut intinya membatasi ruang gerak setiap individu untuk beraktivitas di luar rumah di tengah kerumunan. Selain itu, aktivitas mudik lebaran kembali dilarang pada tahun ini.

Penerapan pembatasan kegiatan dan pergerakan seperti PPKM bukan tanpa konsekuensi. Psikolog Kasandra Putranto sempat menjelaskan, ada risiko meningkatnya gangguan mental akibat seseorang terpenjara secara sosial. Dalam berbagai penelitian, peran kesehatan mental sangat penting dalam upaya menahan penyebaran virus dalam sebuah pandemi. “Kondisi depresi merupakan faktor potensi risiko yang perlu diwaspadai selama pandemi Covid-19," ujarnya kepada Antara.

Selain itu, sebaran informasi yang semakin deras terkait perkembangan corona juga bisa berbahaya. Informasi yang kurang akurat atau berlebihan berpotensi menyebabkan kecemasan, takut, dan panik. Hal ini bisa memacu reaksi berlebihan bahkan mengganggu kapasitas daya pikir sehingga berujung pada penurunan daya tahan tubuh.

Ya, Covid-19 tidak hanya menyerang kesehatan fisik tetapi juga berdampak kepada kesehatan jiwa. Dalam situasi darurat kesehatan ini, semua masyarakat harus mengikuti dan mematuhi berbagai aturan yang ditetapkan pemerintah dalam rangka penyelamatan ancaman Covid-19.

Kondisi tersebut berdampak pada berbagai aspek kehidupan yang mungkin dapat menimbulkan tekanan batin bagi sebagian masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan jiwa merupakan hal penting. Kesehatan bukan hanya menyangkut kondisi fisik melainkan, juga kondisi jiwa. Kesehatan jiwa merupakan bagian integral tiap individu. Kesehatan jiwa yang baik yakni saat berada dalam keadaan tenteram dan tenang.

Menurut Kementerian Kesehatan, seseorang dikatakan memiliki jiwa yang sehat ketika dia bisa mengembangkan kemampuan dirinya secara spiritual, mental, dan sosial. Seseorang yang sehat jiwa mampu untuk mengenali potensi diri, menghadapi stres harian, tetap produktif, dan bermanfaat untuk orang lain.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...