UMKM Bali: 80% Penjualan Kami Selama Pandemi Berasal dari Tokopedia

Image title
Oleh Ekarina - Tim Riset dan Publikasi
1 April 2021, 14:04
tokopedia
ilustrasi/Tokopedia

Pandemi Covid-19 memberi pukulan hebat bagi sebagian besar pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menjalankan bisnis offline. Hadirnya platform online mampu memberi dukungan bagi pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis, memperoleh penghasilan bahkan perluasan pasar di masa krisis.

Salah satu pelaku usaha yang merasakan langsung pengaruh platform online adalah pemilik Bali Alus, Ni Kadek Eka Citrawati. Ia menceritakan bagaimana Tokopedia menjadi tulang punggung penjualan produk kosmetik dan perawatan tubuh miliknya di masa pandemi.

Advertisement

“Saat awal pandemi banyak mall tutup, orang-orang tidak keluar rumah membuat kami tidak siap sama sekali menghadapi situasi tersebut. Tapi pandemi memberikan kami pelajaran memaksimalkan penjualan online dari yang sebelumnya tidak menjadi prioritas,” kata Ni Kadek kepada Katadata.co.id, Rabu (31/3).

Dengan beralih ke penjualan online yang dibantu berbagai promosi yang gencar ia lakukan di media sosial, penjualan Bali Alus terselamatkan dari yang semula minus, perlahan mulai seimbang hingga mengalami peningkatan. Tak hanya itu, pegawai yang semula membantu pemasaran di gerai-gerai offline pun tetap bisa serta terhindar dari pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Selama pandemi omzet penjualan online kami naik tiga kali lipat, di mana 80% penjualan kami berasal dari Tokopedia,” ujarnya.

Selain memudahkan dirinya menjalankan usaha, alasan lain Ni Kadek memilih Tokopedia karena platform tersebut dinilai mampu menghubungkan produknya dengan pasar atau konsumen yang lebih luas. Terbukti produk kosmetik dan perawatan tubuh Bali Alus yang semula hanya dijangkau pembeli di sekitar Jawa dan Bali, kini peminatnya meluas ke Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Tercatat ada lebih dari 400 SKU (Stock Keeping Unit) produk Bali Alus yang dijual melalui platform online dan ditargetkan terus bertambah ke depan. Terlebih dengan adanya beberapa inovasi produk yang dilakukan selama pandemi, seperti hand sanitizer dan sabun pencuci tangan.

Ke depan, dia menyatakan bakal tetap menggencarkan penjualan melalui platform online, apalagi dengan aktivitas masyarakat yang belum sepenuhnya normal seperti saat ini.

Senada dengan Ni Kadek, pemilik brand fesyen Nadjani, Nadya mengungkapkan pandemi membuat pelaku usaha menghadapi situasi yang tak mudah. Namun, situasi ini justru mampu menjadikan pelaku menjadi lebih kreatif menciptakan produk.

Sebelum pandemi, Nadya hanya memproduksi pakaian. Namun, saat pandemi merebak di Indonesia, ia pun mulai mencoba memperkaya produk dengan membuat mukena motif khas Nadjani. Pihaknya juga berkreasi dengan produk apron karena selama pandemi, lantaran banyak konsumen khususnya para ibu gemar memasak selama berada di rumah.

“Alhamdulillah ternyata dua produk itu sangat diminati. Lewat Tokopedia, 100% penjualan masker untuk donasi habis dalam 2 menit" ungkap Nadya.

Lain halnya dengan Pemilik Klinik Kopi, Pepeng yang merasakan pasarnya semakin luas dengan berjualan di platform online. Menurutnya, sebelum pandemi konsumen Klinik Kopi hanya datang dari sekitar Jogja, Semarang, Surabaya atau Jakarta.

Namun, di tengah kondisi krisis kesehatan saat ini, pemesan produk Klinik Kopi justru datang dari Palu, Merauke hingga Kalimantan. Sehingga, dengan berjualan online, pihaknya  masih dapat penghasilan bahkan memberi subsidi kepada karyawan. “Dan yang terpenting, kita bisa melewati krisis ini sebagai keluarga Klinik Kop,” tuturnya..

Geliat perdagangan online ini menunjukkan bahwa Tokopedia juga berkontribusi bagi perekonomian nasional. "Sekarang lebih dari 90% Klinik Kopi berasal dari Tokopedia,” katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement