Grab Ventures Velocity, Upaya Grab Perkuat Ekosistem Startup Indonesia
Grab Indonesia menjadikan Grab Ventures Velocity (GVV) sebagai upaya khusus yang digagas perusahaan guna menyuburkan ekosistem startup di Tanah Air. Sejak tahun lalu, GVV membidik perusahaan rintisan (startup) yang model bisnisnya mendukung usaha mikro masuk ke ekonomi digital.
“Target besar GVV terutama memastikan supaya pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia berjalan cepat. Kami ingin para startup peserta GVV bisa tumbuh besar seperti Grab,” ujar Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi, awal pekan ini.
Sejak 2018, GVV mengumpulkan 20 startup di Asia Tenggara, 15 diantaranya berasal dari Indonesia. Grab Indonesia sudah meluncurkan tiga angkatan GVV per 2020. Tak lama lagi akan digelar angkatan keempat, yang akan segera diumumkan.
Sejauh ini GVV fokus kepada startup yang sedang berada pada tahap post seed. Orientasi bisnis yang dijalankan para perusahaan rintisan pun sebaiknya berfokus kepada penguatan akses teknologi digital bagi UMKM.
Ada beberapa alumni GVV yang sudah terintegrasi di dalam aplikasi Grab, seperti Sejasa.com dan Sayurbox. Mereka juga bisa ditemukan di Solusi Mitra GrabMerchant. Lulusan lain yang juga mendulang kesuksesan adalah Qoala dan Printerous.
Kisah Sukses Startup Lulusan GVV
“Sebagai startup, penting sekali untuk terus mengembangkan diri dan terus belajar guna memenuhi kebutuhan pasar. Ini, secara tak langsung, turut memperluas target pasar kami dan menjadi kekuatan sebagai perusahaan rintisan,” ujar CEO Printerous Kevin Osmond.
Sementara itu, COO Qoala Tommy Martin mengakui, terdapat satu sesi tak terlupakan dalam GVV yang sempat diikutinya. “Saat sesi bersama Anthony Tan, bagaimana ia berbagi tentang strategi mengembangkan perusahaan ride-hailing yang akhirnya terus tumbuh,” ucap dia.
Pada dasarnya, Grab Ventures Velocity merupakan upaya Grab untuk mendukung ekosistem startup di Tanah Air. Tak cuma itu, program ini juga bentuk dukungan terhadap usaha pemerintah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar.
Guna menjadi negara ekonomi digital terbesar maka Indonesia perlu mengakselerasi transformasi digital termasuk startup. Upaya pengembangan ekosistem perusahaan rintisan ini juga masuk menjadi bagian dalam Rencana Strategis (Renstra) serta RPJMN 2020 - 2024.
“Jadi, tujuan dan misi kami adalah memastikan bahwa terus tumbuh startup, dan mereka juga bisa menjadi unicorn bahkan decacorn. Semakin besar ekosistem startup akan semakin baik,” tutur Neneng kepada sejumlah jurnalis media massa dalam pertemuan daring.
Menurutnya, peluang tumbuh subur bagi perusahaan rintisan di Indonesia terbilang besar sejalan dengan perkembangan teknologi digital. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menjembatani pelaku startup yang ada agar terus berkembang.
Namun demikian, Grab Indonesia berpesan kepada para pelaku perusahaan rintisan agar benar-benar cermat memikirkan keberlanjutan bisnis secara jangka panjang. Dan jangan lupa mencari tahu kompetensi perusahaan serta nilai pembeda dari startup lain.
“Rencana ke depan harus jelas dan purpose sebagai startup itu apa. Jangan segan juga berdiskusi dengan customer, serta ketahui masing-masing kompetensi,” kata Neneng.