Menjangkau Kelompok Rentan dengan Strategi Pemulihan Inklusif

Muhammad Taufik
Oleh Muhammad Taufik - Tim Riset dan Publikasi
27 April 2022, 21:12
Strategi Pemulihan Inklusif untuk kelompok rentan
PBB

Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun telah mengakibatkan krisis sosial dan ekonomi, serta berdampak terhadap kualitas kehidupan masyarakat.

Kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), pengungsi, dan anak muda juga menjadi populasi kunci dan ikut merasakan dampak dari pandemi COVID-19.

Dalam diskusi Tripartit bertajuk ‘Strategi Pemulihan Inklusif’ yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia  bersama Katadata, Kepala Perwakilan PBB Indonesia Valerie Julliand mengatakan, penanganan pandemi COVID-19 bagi kelompok rentan membutuhkan strategi pemulihan inklusif.

Dengan strategi tersebut, orang-orang atau kelompok rentan yang terdampak COVID-19 dapat lebih berdaya di lingkungan sosial.   “Ini memerlukan solidaritas sosial dan kerja sama banyak pihak,” ujar Valerie Julliand pada Rabu (20/4).

Lain dari itu, berdasarkan data Kementerian PPN/Bappenas, Indeks Pembangunan Inklusif Indonesia (IPEI), menurun dari skor 5,95 pada 2019 menjadi 5,25 pada 2020.  

Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan di tiga pilar yang dicanangkan oleh Bappenas di masa pandemi COVID-19, yaitu kualitas ketenagakerjaan, turunnya kemiskinan dan ketimpangan antarkelompok, dan memperluas akses dan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sejalan dengan upaya mitigasi turunnya tiga pilar IPEI tersebut, PBB melalui pendanaan antar badan PBB – United Nations COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund telah mengalokasikan dana sebesar US$1,7 juta ke Indonesia.

Dana tersebut sebagai dana pelaksanaan program perlindungan sosial dan program pemberdayaan keberlanjutan di masa pandemi COVID-19. Program satu tahunan ini telah berjalan sejak Januari 2021.

“Program gabungan ini antara UNAIDS, UNDP, UNHCR dan ILO mengaktualisasi setiap kekuatan, keunikan, dan keahlian dari keempat badan PBB ini,” kata Julliand.

Julliand menambahkan, berbagai lokakarya pembangunan dan pengembangan kapasitas di proyek ini berhasil meningkatkan keterampilan kewirausahaan bagi lebih dari 2.000 perempuan dan kelompok rentan di daerah tertinggal.

Selain itu, program ini juga melibatkan setidaknya 6.000 SDM, Aparatur Sipil Negara (ASN), dan mitra sosial lainnya dalam membangun tempat kerja yang inklusif dan berperspektif gender.

Kepala Lab Innovative Finance Lab UNDP Indonesia, Muhammad Didi Hardiana mengatakan, UNDP menggulirkan program bersama yang fokus pada pengembangan kewirausahaan melalui pelatihan dasar secara intensif pemulihan inklusif pasca pandemi di Indonesia.

Sampai sejauh ini, kata Didi, program pengembangan kewirausahaan dan pelatihan dasar ini telah diikuti oleh 262 partisipan, sebanyak 61 persen di antaranya perempuan.

Lalu, sisanya merupakan bagian dari populasi kunci yang menjadi target dari program ini, termasuk kaum muda, penyandang disabilitas dan ODHA. “Program ini juga telah dilakukan di 7  lokasi,” kata Didi.

Melalui dana gabungan ini, UNDP juga menggulirkan program yang mendukung ekosistem inklusivitas dan ketahanan ekonomi bagi populasi kunci. Program bersama yang pertama adalah youth collab, untuk mendukung pengembangan wirausaha muda.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...