Amaan, Digital dan Social Inclusion Jutaan Perempuan Pengusaha Mikro

Image title
Oleh Shabrina Paramacitra - Tim Riset dan Publikasi
9 Maret 2022, 00:00
Ratih Rachmawaty Amaan
Katadata | Joshua Siringo-ringo
Ratih Rachmawaty (CEO Amaan)

Pada 8 Maret 2022, digital mass market ecosystem platform Amaan, genap setahun berdiri. Para founders sengaja menetapkan hari kelahiran Amaan bertepatan dengan Women International Day (hari perempuan sedunia), karena memiliki kesamaan pemikiran tentang peran perempuan sebagai agen perubahan. 

Para pendiri yang memiliki rekam jejak panjang sebagai bankir mikro ini bermimpi menjadikan Amaan sebagai platform bersama para perempuan pengusaha mikro untuk tumbuh dan berkembang.

Aplikasi Amaan tidak sekadar memberikan solusi finansial, juga menyediakan fitur kesehatan, belanja dan pendidikan. Lebih dari sekadar aplikasi finansial.  

Seperti apa bisnis model Amaan, dan bagaimana sebuah aplikasi bisa meningkatkan kapasitas para penggunanya? Berikut wawancara Katadata dengan CEO Amaan, Ratih Rachmawaty 

Anda menjadi bankir spesialis segmen mikro lebih dari 15 tahun, lalu memutuskan pensiun dan pamit dari industri perbankan. Kini, anda datang kembali dengan sebuah gagasan baru yang unik. Apa yang menginspirasi? 

Saya sangat bersyukur menghabiskan sebagian besar perjalanan karier saya di industri perbankan untuk melayani segmen mikro dan nano-mikro. Ada banyak sekali pelajaran kehidupan yang saya petik, tentang kerja keras, keuletan, solidaritas sosial yang tinggi dan keberanian mewujudkan mimpi-mimpi. 

Melayani segmen mikro dan nano itu sangat menantang dan tidak mudah. Kami sebagai bankir selalu dituntut menghadirkan produk inovatif yang relevan dengan kondisi mereka yang sebagian besar masih dalam kategori undeserved dan unbankable

Di satu sisi, kami harus mampu membuka akses keuangan untuk mereka yang belum terlayani ini. Tapi, di sisi lain, kami harus bisa memastikan bahwa bisnis ini dapat tumbuh secara berkelanjutan. 

Untuk itu, kami belajar ke banyak negara yang lebih dulu sukses di bidang microfinancing. Antara lain mempelajari bisnis model Grameen Bank di Bangladesh, India, Peru hingga Meksiko. Berbagai pengalaman ini kemudian kami adopsi dan improvisasi agar sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia. 

Lebih dari 10 tahun menerapkan model pembiayaan Grameen Bank di perusahaan sebelumnya, kami tiba pada satu kesimpulan bahwa melayani segmen ini tidak cukup hanya mengandalkan solusi finansial. Pendekatannya tidak cuma memberikan pembiayaan atau pendampingan. Harus lebih dari sekadar itu (beyond banking). 

Dari sinilah kami berpikir tentang sebuah model bisnis di luar insititusi bank yang mampu meningkatkan kapasitas para pelaku usaha mikro dan nano-mikro, terutama dari kalangan perempuan. Cara melayaninya harus menggunakan teknologi, aplikasi dan membangun ekosistem.         

Mengapa harus ‘beyond banking’? Di mana letak celahnya yang kemudian mendorong anda mengembangkan aplikasi? 

Bisnis bank itu intinya dua: mengumpulkan dana masyarakat sebagai simpanan, lalu menyalurkan kembali ke pihak yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Maka itu, produk dan layanan yang ditawarkan tidak boleh keluar dari koridor tersebut. 

Pengalaman kami dalam melayani segmen mikro dan nano-mikro menunjukkan bahwa nasabah tidak cuma membutuhkan pembiayaan atau solusi finansial lainnya. Kebutuhan mereka jauh lebih kompleks. Jadi, jika ingin meningkatkan atau mengembangkan kapasitas nasabah, kami harus bisa melayani mereka lebih dari sekadar pemenuhan urusan finansial.    

Mengapa harus aplikasi? karena masyarakat kita, terutama di segmen nano-mikro, juga makin terbiasa dengan teknologi. Meski melek digitalnya masih relatif rendah, mereka sudah mulai terbiasa. Terutama saat pandemi, teknologi menjadi cara hidup baru dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. 

Trennya adalah penggunaan teknologi dan pengembangan ekosistem. Kami pun bergerak ke sana dengan banyak improvisasi agar produk dan layanan yang kami berikan selalu relevan dengan kebutuhan para perempuan pengusaha mikro. 

Apa saja kebutuhannya dan cara memenuhinya? Seperti apa profil usernya? 

Tantangan utama di segmen nano-mikro berkutat pada tiga hal. Pertama, kurang modal. Kedua, kurangnya akses keuangan yang memadai. Ketiga, kurangnya akses untuk pengembangan kapasitas diri dan usaha. Jadi, kami harus bisa menciptakan fitur aplikasi yang mampu menjawab tiga tantangan tersebut. 

Amaan ditopang empat pilar utama, yakni keuangan, belanja, belajar dan kesehatan. Fitur keuangan merupakan cara kami menjembatani mereka dengan pembiayaan bank. Fungsi aplikasi untuk belajar dan kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup para pengguna. 

Adapun fungsi belanja akan membantu pengguna dalam mendapatkan berbagai kebutuhan pokok dengan harga lebih terjangkau. Secara tidak langsung, fungsi belanja ini dapat meningkatkan kemampuan finansial karena menghemat pengeluaran. 

Target utama kami para perempuan pengusaha mikro dan keluarganya. Mereka ini mayoritas tulang punggung keluarga, tipe pekerja keras. Rata-rata 3-4 anggota keluarga bergantung kepadanya. Mereka ini bermimpi anaknya bisa kuliah, memiliki hunian yang layak dan ingin melihat Kabah (untuk yang beragama Islam). 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...