Erick Thohir: Sinergitas BUMN-Universitas Bekal Hadapi Disrupsi Global

Saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan lima disrupsi global, mulai geo-ekonomi, demografi, lingkungan, kesehatan, dan teknologi
Padjar Iswara
5 Juli 2022, 16:42
Erick Thohir: Sinergitas BUMN-Universitas Bekal Hadapi Disrupsi Global
Kementerian BUMN

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkomitmen meningkatkan kesiapan para generasi muda untuk siap bersaing dalam era disrupsi.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, generasi muda, terutama mahasiwa, merupakan ujung tombak dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045.

Dia mengatakan, sudah waktunya generasi mudah mengisi pembangunan nasional dan tidak menjadi penonton di negeri sendiri.

“Kita negara yang kaya sumber daya alam (SDA) dan pasar besar, tetapi dari zaman Belanda dipakai untuk pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan negara lain," ujar Erick saat kuliah umum tokoh nasional, Menteri BUMN Erick Thohir bertajuk "Kolaborasi BUMN dan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Generasi Digital di era Disrupsi" di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022).

Di hadapan ribuan mahasiswa Unsoed, mantan Presiden Inter Milan itu menyebut Indonesia harus punya ekosistem sendiri dan tak lagi bergantung pada ekosistem negara lain, baik Cina atau Amerika Serikat (AS).

Erick tak ingin tren pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali menjadi sumber bagi perekonomian negara lain.

Saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan lima disrupsi global, mulai geo-ekonomi, demografi, lingkungan, kesehatan, dan teknologi. Perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab utama timbulnya geo-ekonomi yang berdampak pada terganggunya rantai pasok dunia.

Kondisi tersebut tentu akan berpengaruh pada Indonesia yang selama ini masih mengimpor BBM, kata dia. “Kalau benar Rusia menyetop produksi minyaknya, minyak akan sampai harganya US$380 per barel.”

Sampai hari ini Indonesia negara pengimpor BBM bukan swasembada. Pemerintah pun mengeluarkan Rp350 triliun untuk mensubsidi BBM dan listrik, dengan asumsi harganya US$100-110 per barel. Jika harga minyak mencapai US$380 per barel berarti pemerintah harus mensubsidi BBM Rp1.400 triliun.

“(Pemerinah) tidak sanggup. Data-data menunjukkan 60 negara akan menuju kebangkrutan. Indonesia tidak (akan bangkrut) asal disiplin," ujar Erick.

Menurut Erick, tantangan sangat penting juga datang dari disrupsi digital yang mengubah pola kehidupan manusia hingga lapangan pekerjaan. Tumbuhnya jenis pekerjaan baru akibat disrupsi digital tak sebanding dengan hilangnya jenis pekerjaan yang lama.

Indonesia, kata dia, memiliki potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dan diprediksi mencapai Rp4.500 triliun pada 2030. Angka tersebut delapan kali lebih besar dari PDB Indonesia. Pengembangan teknologi dan digitalisasi menjadi keharusan untuk mempersiapkan gelombang kedua dan ketiga disrupsi digital yang mulai terjadi.

Bangsa Indonesia harus memikirkan cara mengisi kemerdekaan dengan kedaulatan pangan, energi, maupun ekonomi. “Ekonomi digital merupakan ekonomi masa depan kita dengan kesempatan dan market besar," ucap Erick.

Erick menambahkan, pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya mengandalkan SDA, tetapi juga perlu diperkuat oleh knowledge based economy. Dengan memiliki growth mindset, generasi muda bisa menjadi lebih agile dan adaptif.

Untuk mewujudkan kemandirian digital, BUMN tentu tak bisa sendirian. Untuk itu, Erick terus berkolaborasi dengan universitas dalam menciptakan link and match antara pendidikan dengan industri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...