Indonesia Kirim Delegasi ke Pameran Seni Rupa Tertua di Dunia
Indonesia kembali berpartisipasi dalam ajang seni rupa tertua dan terbesar di dunia, Venice Biennale. Paviliun Indonesia yang mengangkat tema “Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba” ini merupakan hasil kolaborasi tim artistik, yang terdiri dari Asmujo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (ko-kurator), Syagini Ratna Wulan dan Handiwirman Saputra (seniman).
Pada Rabu, 8 Mei 2019 pukul 15.00 waktu setempat, Paviliun Indonesia secara resmi dibuka oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf. Dalam pidatonya, Triawan menyampaikan kebanggaannya melihat seni rupa kontemporer Indonesia hadir di Venice Biennale yang ke-58 ini.
“Paviliun ini merupakan representasi dari ciri khas bangsa Indonesia yang mengutamakan kebersamaan dalam keragaman—bhinneka tunggal ika,” ujar Triawan, dikutip dari siaran pers, Jumat (10/5).
(Baca juga: Bekraf Minta Kenaikan Anggaran di Tahun 2020)
“Akal tak sekali datang, runding tak sekali tiba” sendiri merupakan sebuah peribahasa asal Minang yang diadaptasikan oleh tim artistik menjadi serangkaian instalasi. Ada lima komponen karya di sana, yakni Meja Runding, Buaian, Susunan Kabinet, Ruang Merokok, dan Mesin Narasi.
Kelima komponen karya ini mengisi area seluas 500 meter persegi di Ruang 340, Isolotto, The Arsenale—yakni area pameran yang merupakan bekas gudang persenjataan tertua di Venesia.