Kementerian Pertanian Uji Coba B100 untuk Mobil dan Traktor
Kementerian Pertanian melakukan uji coba biodiesel 100% (B100) untuk mobil dan traktor. Proyek percobaan awal B100 untuk 10 mesin telah mencapai 6 ribu kilometer selama perkembangannya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, mesin-mesin pertanian bakal diuji coba secara berkala. “Pertama, kami minta produsen traktor (mitra Kementan) menyesuaikan mesin untuk biofuel,” kata Amran di Jakarta, Senin (15/4).
Saat ini, Kementerian Pertanian melakukan uji coba tambahan terhadap 50 traktor dan mobil untuk penyempurnaan. Sehingga, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perindustrian juga memiliki standar yang sama.
Amran menyatakan, biodiesel B100 telah memenuhi standar emisi serta penggunaannya lebih hemat. Menurutnya, penggunaan 1 liter B100 bisa menjalankan kendaraan hingga 13,1 kilometer, jauh lebih tinggi daripada solar yang 1 liter hanya cukup untuk 9,6 kilometer.
(Baca: Sempat Naik, Harga Indeks Pasar Biodiesel April Kembali Turun)
Dari segi biaya, 1 kilometer perjalanan dengan B100 hanya membutuhkan bahan bakar senilai Rp 732 sedangkan solar harganya sekitar Rp 1.000 per kilometer. “Kira-kira energi baru terbarukan lebih hemat sekitar 30%,” ujar Amran.
Dia menambahkan, penggunaan B100 bakal membantu defisit perdagangan karena impor minyak dan solar yang semakin berkurang. Apalagi, sekarang program B20 mampu memenuhi sekitar 6 juta ton kebutuhan bahan bakar nabati untuk pengganti solar.
Amran mengklaim, program B100 sebagai pemenuhan bahan bakar dalam negeri dapat menghemat devisa negara sebesar Rp 150 triliun. Produk minyak kelapa sawit pun jadi bahan baku utama karena Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia.
Sepanjang 2018, Kementerian Pertanian mencatat total produksi minyak kelapa sawit sebesar 46 juta ton. Porsi untuk ekspor sebanyak 34 juta ton dan sisanya sekitar 12 juta ton untuk konsumsi dalam negeri.
Amran menuturkan, petani kelapa sawit pun bakal mendapatkan kepastian harga karena ada permintaan dalam negeri yang tetap dengan B100. “Nilai tambah produknya banyak sekali,” katanya.
(Baca: Diskriminasi Sawit, Negara Produsen Sampaikan Keberatan ke Uni Eropa)
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Fajri Djufry menyatakan, timnya masih membutuhkan bioreaktor biodiesel untuk memastikan kapasitas produksi. Saat ini, dia telah memiliki produk yang sudah mampu melakukan produksi sebanyak 1.600 liter dalam waktu 10 jam.
Fajri mengungkapkan, proses penelitian produksi biodiesel telah berlangsung sejak tahun 2009. “Sudah ada 21 komoditas yang siap, tapi sekarang khusus untuk minyak kelapa sawit yang telah memiliki tiga paten,” ujarnya.
Nantinya, Kementerian Pertanian bekerja sama dengan perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negeri (BUMN) untuk pengadaan reaktor biodiesel. Sementara, peneliti yang melakukan terobosan B100, Sudibyo, bakal berangkat ke Italia untuk memperdalam pengembangan.