Panen Penonton, Film Indonesia Hadapi Masalah Kekurangan Kru

Michael Reily
8 April 2019, 09:09
Suasana pemutaran film Aruna dan Lidahnya di Jakarta, Kamis, (27/09/2018).
Arief Kamaludin | Katadata
Suasana pemutaran film Aruna dan Lidahnya di Jakarta, Kamis, (27/09/2018).

Film Indonesia semakin menarik perhatian pemirsa. Pada awal tahun ini saja, setidaknya sudah ada lima film Nasional yang meraih satu juta penonton. Namun, untuk menggenjot produksi, pelaku industri perfilman tengah menghadapi masalah lain: kekurangan sumber daya manusia.

Sutradara Film Joko Anwar menyebut peningkatan jumlah produksi film setiap tahun tidak seimbang dengan ketersediaan kru. Akibatnya, perebutan awak produksi yang berkualitas menghasilkan daftar tunggu yang panjang.

"Kami berebut untuk memesan jasa kru untuk film produksi sampai setahun ke depan," kata Joko yang turut berperan dalam film Ave Maryam melalui sambungan telepon kepada Katadata.co.id, Jumat (5/4).

Dia menyebutkan, setidaknya ada dua penyebab dunia film Indonesia kekurangan sumber daya manusia. Pertama, pendidikan formal atau informal pada sektor film masih sangat minim. Sekolah film paling banyak ada di Jakarta, tetapi tidak mampu menggaet potensi yang ada di daerah.

(Baca: Impian Industri Kreatif Tanah Air Menapaki Jejak Korea)

Kedua, permintaan masyarakat terhadap film Indonesia semakin meningkat. Menurutnya, penonton film nasional tahun 2018 sebesar 44 juta orang. Begitu pula jumlah bioskop semakin melonjak, dari 1.200 layar menjadi 1.700 dalam waktu tiga tahun.

Jika tak diantisipasi, ia khawatir kondisi ini akan berpengaruh terhadap kualitas film nasional. Sebab, tingginya tuntutan penonton bisa jadi membuat produser memaksa sutradara merekrut kru seadanya dan memulai produksi secara asal-asalan.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...