Faisal Basri Kritik Holding BUMN Seperti Kawin Paksa

Miftah Ardhian
27 November 2017, 20:57
Gedung BUMN
Katadata
Gedung Kementerian BUMN di Kawasan Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Senin, (17/11/2014).

Pembentukan perusahaan induk atau holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai masih belum mendesak. Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri bahkan menyebut pembentukan holding BUMN sebagai upaya 'kawin paksa'.

Faisal mencontohkan, Holding Pertambangan memiliki lini bisnis yang berbeda-beda, sehingga sinergi yang dihasilkan pun menjadi tidak maksimal. "Idealnya kalau mau cepat, Inalum sinergi dengan industri otomotif untuk produksi alumuniumnya. Kalau ini kawin paksa namanya," ujarnya saat diskusi dengan media, di Hotel Westin Jakarta, Senin (27/11).

Advertisement

Selain itu, jika untuk melakukan hilirisasi, menurut Faisal, tidak semua hilirisasi akan menguntungkan. Ia mencontohkan, tembaga hanya akan menghasilkan nilai tambah yang sedikit apabila dihilirisasi.

Selain itu, dari segi kewenangan, ia menyindir Kementerian BUMN yang menurutnya telah berperan seperti holding yang mengendalikan kerja perusahaan pelat merah. "Ini kan sudah ada Menteri BUMN. Holding-nya luar biasa kuat, memasukkan politisi ke (jabatan) komisaris," ujarnya.

(Baca juga: BTN Dukung Segmentasi Bisnis Holding BUMN Perbankan)

Sementara, Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono mengatakan, masih ada beberapa hal yang perlu dijelaskan sebelum merealisasikan holding BUMN. Ia khawatir ada modus menghindari pengawasan DPR terhadap perusahaan yang menjadi anggota holding karena melepas status BUMN nya tersebut.

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement