Pakai Sistem Sinyal “Moving Block”, LRT Butuh Tambah Dana Rp 300 M

Michael Reily
12 Juli 2017, 15:35
LRT
ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Deretan tiang konstruksi proyek kereta ringan LRT rute Cibubur-Cawang di samping jalan tol Jagorawi, Rabu (7/12/2016).

Pemerintah memutuskan memakai sistem moving block untuk persinyalan Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabedebek). Sistem itu membuat nilai proyek LRT membengkak Rp 300 miliar. Namun, skema pendanaannya hingga kini belum jelas.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, sistem persinyalan moving block dipilih karena bisa mengangkut lebih banyak penumpang. "Dengan moving block penumpangnya bisa mendekati 500 ribu per hari, sedangkan pakai fix block cuma 270 ribu per hari," kata Budi usai rapat di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Rabu (12/7).

Advertisement

Menurut Budi, dengan sistem persinyalan moving block, jarak operasi antarkereta bisa dipangkas secara signifikan. Perbandingannya, jika menggunakan fix block waktunya bisa sampai 5 menit, penggunaan moving block hanya memakan 1 menit.

(Baca juga: Pembiayaan LRT Jabodebek Masih Dikaji, Partisipasi SMI Tentatif)

Penggunaan sistem moving block, menurut Budi, akan tetap dipegang oleh perusahaan lokal. Dia menjelaskan, siapa pun yang memenangkan lelang, urusan persinyalannya akan diarahkan kepada PT Len Industri.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement