Bertemu Erdogan, Jokowi Ingin Rebut Pasar Turki dari Tangan Malaysia
Presiden Jokowi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kemarin baru bersepakat untuk meluncurkan negosiasi kerja sama perdagangan bebas melalui Indonesia – Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA). Namun, Negeri jiran Malaysia telah menjalankannya sejak dua tahun lalu.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo menyebut, Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement / FTA) antara Malaysia – Turki yang berlaku sejak 2015 telah menggerus pasar Indonesia.
Setelah adanya perjanjian itu, pada 2016 Ekspor Malaysia ke Turki langsung melonjak 49,11 persen. “Sebaliknya, pada saat yang sama impor Turki dari Indonesia turun 13,03 persen,” kata Iman pada Katadata saat dihubungi, Jumat (7/7).
(Baca juga: Indonesia – Turki Kerja Sama Buat Tank, Kapal Selam dan Drone)
Dampak terbesar perdagangan bebas yang dijalin Malaysia adalah perubahan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di pasar Turki. Pada 2014, Kementerian Perdagangan mencatat, pangsa pasar minyak sawit Indonesia di Turki masih mencapai 64,71 persen. Angka itu merosot drastis hingga tinggal 1,32 persen pada 2016. Sebaliknya, pada saat yang sama pangsa pasar sawit Malaysia melonjak dari 34,56 persen menjadi 97,87 persen.
Kini, pemerintah akan fokus untuk menegosiasikan perdagangan dengan Turki. Beberapa komoditas ekspor Indonesia ke Turki adalah benang dan karet. Sedangkan impor Indonesia dari Turki adalah tembakau, gandum, borat, pati/inulin, dan komponen industri.